FILSAFAT ISLAM
MAKALAH
Disusun
untuk Tugas Trahir Semester III
Mata
kuliah: Pengantar Filsafat Islam
Oleh:
Amirul
Muttaqin
1110033100056
JURUSAN AQIDAH FILSAFAT
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF
HIDAYATULLAH
JAKARTA
2011M
A. Pendahuluan.
Pembicaraan tentang filsafat
islam sebenarnya tidak bisa terlepas dari pembicaraan filsafat secara umum.
Berfikir filsafat merupakan hasil usaha manusia yang berkesinambungan diseluruh
jagad raya ini.
Filsafat adalah kata majmuk
yang berasal dari bahasa yunani, yaitu: philosophis dan fhilosophos[1]
berarti cinta (loving), sedangkan sophia atau sophos, bearti
pengetahuan atau ebijaksanaan (wisdom) jadi arti dari filsafat yaitu
cinta pengetahuan atau kebijaksanaan.
Kemudia orang-orang arab
memindahkan kata yunani filoshophia, kedalam bahasa Arab falsafa. Dalam
hal ini sesuai perraturan tatacara bahasa Arab, dengan pola fa’lala,
fa’lalah dan fi’lal. Karena itu kata dari kata kerja falsafah dan
filsafat.[2]
Jadi filsafat islam tu merupakan pengambilan dari bahasa yunani.[3]
B. Pembahasan.
a. Pengertian
filsafat islam
Agaknya tidaklah aneh jika
masih ada orang yang sampai harin ini meletakkan filsafat islam pada altar
skeptif. Sikap ini jelas merupaka warisan. Terutama pandangan orentalis abad
ke-19, seperti Tenneman dan E. Renan. Menurut mereka kendatipun orang-orang
islam melakukan kegiatan mempelajari filsafat. Namum mereka tidak bisa
melahirkan filsafat islam sendri. Karena pandangan mereka ini dapat dirangkum
sebagai berikut:
a) Adanya
kitab suci al-quraan yang menegaskan kebebasan atau kemerdekaan berfikir.
b) Karakter
bangsa arab ang tidak mugkin berfilsafat.
c) Bangsa
arab adalah ras samit (al-samy) termasuk ras rendah dibandingkan bangsa
yunani Ras Aria(al-Ary) ras samit mempunyanalar yang lemmah dan tidak
mampu berfilsafat yang hanya demikian olleh ras Aria.[4]
Alasa yang dikemukakan ini
tidak mempunya dasar sama sekali, bahkam mengandung kezaliman seperti kitab
suci al-quraan ditunding menegasikan kebebasan berfikir. Padahal faktualnya
tidak sedikit ayat-ayat alquran yang menganjurkan dan mendorong pemeluknya
banyak berfikir dan melakukan pengamatan dan penelitian dalam berbagai biadang
serta mencela oarang yang tidak memakai akalya
Denga demikian tidak dapat
disangsikan lagi bahwa salah satu jasa islam ialah memobilisasi akal, pembuka,
dan penggeraka akal manusia dalam berkehidupan rohani dan jasmani, dalam
kerusahaan sejarah ini telah di mulai oleh Rasulullah Saw. Terutama dalam
mengkali ketentuan hukum agama dari sebelumnya. Sementara itu alasan yang
mengatakan bahwa karakter bangsa arab yang tidak mungkin berfilsafat, perlu
dipertanyakan jika yang dimaksud adalah bangsa arab sebelum islam yaitu memang
benar adanya seperti itu. Dan hal ini telah dimaklumi bahwa bangsa arab sebelum
islam masih belum mengenal filsafat. Dan juga tidak menaruh perhatian terhadap
ilmu pengetahuan dan peradaban seperti yang telah dicapai oleh bangsa arab pada
saat ini.
Akan tetapi jika yang dimaksud
adalah bangsa arab setelah memeluk islam maka pertayaan mereka keliru sama
sekali. Da hal ini telah dimaklumi bahwa islam membawa kehidupan baru bagi
bangsa arab, dengan agama islam mereka telah memasuki peradapan manusia yang
luas. Mereka telah dapat membentuk negara yang besar. Dan memengan tambuk ilmu
pengetahuaan. Dorogan al-quran dan hadis telah mempunya peradaban yang tinggi.
Dan juga telah mengubah karakter mereka dari era jahiliyah[5].
Jadi yang disebut filsafat
islam adalah perkembangan pemikiran umat islam dalam masalah keuhanan. Dan
kenabian, manusia dan alam semista yang disinari ajaran islam. Adapun
difinisinya secara khusus seperti apa yang dikemukakan penulis islam sebagai
berikut:
1. Ibrahim
madkur, filsafat islam adalah pemikiran yang lahir dalam dunia islam untuk
menjawab tangtangan zaman, yang meliputi Allah dan alam semista ini, wahyu dan
akal, agama dan filsafat
2. Ahmad
Fu’ad Al-Ahwani, filsafat islam adala pembahasan tentang alam dan manusia yang
disinari ajaran islam.
3. Muhammad
‘Athif Al-Iraqy. Mengatakan filsafat islam secara umum didalam tercakup ilmu
kalam, ilmu usul fiqih, ilmu tasawu, dan ilmu pengetahuan lainya yang
diciptakan intlektual islam, yang dimaksud secara husus. Ialah pokok-pokok atau
dasar-dasar pemikiran filosof yang dikemukakan para filosof muslim.[6]
Jelasnya bahwa filsafat islam
merupaka hasil pemikiran umat islam secara keseluruhan. Pemikiran umat islam
ini merupakan dorongan ajaran al-quaan dan hadis. Kedudukan akal yang tiggi
dalam kedua sumber ajaran islam tersebut bertemu dega peranan akal yang besar
dan ilmu pengetahuan yang berkembang maju dalam peradaban umat islam. Terutama
peradapan yunani, persia, india dengan kata lain umat islam pewaris tradisi
peradapa ketiga bangsa tersebut yang sebulumnya telah mewarisi peradaban
disekitarnya seperti Babilonia, mesir, ibrani, dan lainya.[7]
b. Dorongan
al-quran terhadap akal dan pemikiran filsafat.
Al-qur’an adalah himpunan wahyu
allah yan diturunkan kepada nabi kita nabi muhammad Saw, al-quraan adalah kitab
suci agama islam yang berisikan tuntunan-tuntunan dan pedoman-pedoman bagi
manusia dalam menta kehidupan mereka agar memperoleh kebahagiaan didunia dan
akhirat.
Mimang pada dasarnya al-quran
merupaka buku petunjuk dan pegangan keagamaan. Namun diantara isi lainya
mendorong umat manusia supanya bangak berfikir,hal ini dimaksudkan aga mereka
melakukan pemikiran akalnya sampai kesimpulan adanya alah pencipta alam semista
dan sebab dari segala kejadian di alam ini.
Oleh karena itu bahwa al-quraan
merupak pendrong utama lahirnya pemikir filsafat dalam islam. Pengertian yang
dkandung filsafat sejalan dengan isi al-quran dalam al-quran terdapat banyak
ayat yang mendorong para pemeluknya agar banyak berfikir dan mempergunakan
akalnya. Dalam hal ini yang terdapat di surah Al-baqarah.(2) 242, al-anfal(8)
ayat 22. Dan Al-nahl(16): ayat 11-12. Dan juga terdapa di berbagai ayant
al-quran yang alinya.[8]
C. Corak pemikiranya
A. Filsafat
Tentang tuhan
Argumen yang dipergunakan di sini
untuk menelaah realitas eksistensi dan wujud eksternal dalam menegaskan eksistensi hakiki Tuhan adalah argume iman(contingent) dan wujub
(necessity).
Argumen ini
merupakan salah satu argumen rasional yang paling kuat dalam
membuktikan eksistensi
Tuhan, karena tak satupun manusia berakal menolak dan memungkiri
eksistensidirinya dan realitas wujud-wujud di alam ini, sementara argumen ini
secara prinsipil berpijak pada penerimaan realitas eksistensi
dan wujud hakiki.Sebenarnya, Tuhan tidak gaib, yang gaib justru diri kita
sendiri, Tuhan bahkan lebih berwujud dari wujud-wujud lain dan lebih
bercahaya dari cahaya-cahaya lain. Jadi, kalau kitamempergunakan argumen-argumen untuk ³pembuktian´ wujud Tuhan, maka itu hanyalah berdimensi mengingatkan´ kita akan realitas hakiki itu.Banyak jalan menuju Roma. Banyak metode menyingkap
wujud Tuhan, cara menyingkapTuhan sebanyak realitas wujud-wujud. Jalan
menuju kepada-Nya sangatlah banyak karenaDia memiliki banyak sisi (baca: nama
dan sifat-Nya), setiap sisi-Nya merupakan jalan yang bisa digunakan para
pesuluk. Walaupun jalan begitu banyak, tapi ada jalan yang paling kuatdan
sempurna dibanding yang lainnya.
Dalam hal ini, kita harus memilih argumen yang paling
sempurna dalam menegaskan eksistensi Tuhan, argumen
adalah jalan menuju kepada- Nya dalam kerangka akal teoritis. Semakin sempurna argumen
maka semakin sempurna pula pandangan dunia tauhid. Sempurna pandangan
dunia tauhid berarti sempurna tujuan hidupdan hakikat wujud kita.Sebelum kita masuk dalam pembuktian wujud Tuhan
lewat argumen ini, di bawah ini kamiakan jabarkan dan jelaskan secara
terperinci beberapa pendahuluan dan pengertian yangmendasar berkaitan dengan
argumen ini. Dengan memahami pengertian-pengertian itu, makakita mudah mengikuti alur-alur argumen dan memahami secara benar
premis-premisnya.Pengertian-pengertian yang akan dijelaskan antara lain:
Pengertian wujud kontingen ( mumkin al-wujud ), Wujud Wajib ( wajib al-wujud )
danwujudmustahil (mumtane’al-wujud )
Pengertian keniscayaan
a)
Prinsip kausalitas
b)
Kemustahilan daur dan tasalsul.
1. Pengertian Wujud Kontingen, Wujud Wajib dan
Wujud Mustahil
Ketika kita menelaah
realitas-realitas eksistensi di alam ini misalnya manusia, hewan,tumbuhan, gunung-gunung, batu-batuan dan lain sebagainya, maka kita akan
dapat simpulkan bahwa realitas-realitas
eksistensi tersebut, dalam rentangan waktu, pernah tiada dan
kemudian terwujud di alam ini.
Begitu pula, realitas-realitas wujud ini, dalam koridor ruang-waktu, mengalami
kesinambungan perubahan yang berjenjang. Kelihatannya, tak ada satupundari
realitas-realitas tersebut yang tak pernah mengalami perubahan dari awal
perwujudannyadan tetap pada satu kondisi dan tingkatan.Jika realitas-realitas itu adalah
niscaya adanya maka senantiasa mewujud, dan
sebaliknya jikamereka itu tak niscaya adanya
maka mustahil mewujud. Segala realitas eksistensi di alam ini berawal dari
penciptaan kemudian mengalami perubahan dan pembaruan yang terus menerusdalam
rentangan waktu, dengan kata lain realitas ini pernah berwujud dan akan sirna. Ini berarti bahwa yang niscaya pada esensi realitas-realitas tersebut adalah berwujud dan tak berwujud.
Dengan
ungkapan lain, esensi realitas-realitas berada pada titik nol, bukan padaangka
negatif (mustahil ada) dan bukan pada angka positif (niscaya ada).Dalam istilah
Filsafat, dijelaskan bahwa jika sesuatu secara esensial niscaya
adanya maka diadisebut Wujud Wajib (wâjib al- wujud).
Jadi Wujud
Wajibadalah realitas yang
senantiasa berwujud dan ekistensinya abadi. Dan jika sesuatu secara
esensial mustahil adanya maka diadisebut
wujud mustahil ( mu
mtane’ al-wujud)
Dan jika sesuatu secara esensial
mungkinmengada maka disebut wujud kontingen atau
wujud bergantung ( mumkin
al-wujud)
berarti bisa ada dan bisa
tiada. Mengalami inovasi dalam ciptaan dan abadi dalam perubahan dangerak
merupakan sifat esensial dari wujud kontingen seperti manusia, hewan, tumbuhan danlain sebagainya.
2.
Pengertian Keniscayaan
Ketika kita memperhatikan kata-kata seperti, genap, ganjil, delapan dan tujuh, maka kita akanmenemukan hubungan antara genap dengan delapan dan ganjil dengan
tujuh. Kemudian,hubungan tersebut akan membentuk
premis-premis yang logis seperti, delapan adalah genapdan tujuh adalah ganjil.Interaksi logis antara angka delapan dan
genap dan angka tujuh dan ganjil didasarkan atasrealitas luar yang ada di alam ini dan di pikiran kita bahwa hubungan
hakiki antara realitas-realitas itu tak terpisahkan.
Dengan ungkapan lain, genap
merupakan hakikat delapan dandelapan meniscayakan genap. Adalah mustahil
memisahkan antara sifat genap dan angkadelapan, begitu pula antara sifat ganjil
dan angka tujuh. Hubungan hakiki antara realitas-realitas tersebut disebut niscaya
atau keniscayaan.Hubungan hakiki antara eksistensi dan
Tuhan disebut niscaya artinya eksistensi dan Tuhanadalah dua hal yang mustahil terpisahkan yaitu wujud Tuhan pasti ada, mustahil tiada,niscaya dan senantiasa ada. Dan wujud Tuhan, dalam istilah filsafat, disebut Wujud Wajib(wâjib al-wujud).[9]
B. Filsafat
Tentang Manusia
a)
Hakikat Manusia
Hakikat manusia menurut al-Qur’an ialah bahwa
manusia itu terdiri dari unsur jasmani, unsur akal, dan unsur ruhani. Ketiga
unsur tersebut sama pentingnya untuk di kembangkan. Sehingga konsekuensinya
pendidikan harus di desain untuk mengembangkan jasmani, akal, dan ruhani
manusia.
Unsur jasmani merupakan
salah satu esensi ( hakikat ) manusia sebagai mana dijelaskan dalam al-Qur’an
surat al-baqarah ayat 168 yang artinya “ Hai sekalian manusia makanlah yang
halal lagi baik dari apa yang terdapat dari bumi, dan janganlah kamu mengikuti
langkah-langkah syetan karena sesungguhnya syuetan itu adalah musuh yang nyata
bagimu
“Akal adalah salah satu
aspek terpenting dalam hakikat manusia. Akal digunakan untuk berpikir, sehingga
hakikat dari manusia itu sendiri adalah ia mempunyai rasa ingin, mempunyai rasa
mampu, dan mempunyai daya piker untuk mengetahui apa yang ada di dunia ini.
Sedangkan aspek ruhani
manusia di jelaskan dalam al-Qur’an surat al-Hijr ayat 29 yang artinya “Tatkala
aku telah menyempurnakan kejadiannya, aku tiupkan kedalamnya ruhku.kedalamnya,
maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud “
Dalam hal ini muhammad
Quthub menyimpulkan bahwa eksistensi manusia adalah jasmani, akal, dan ruh,
yang mana ketiganya menyusun manusia menjadi satu kesatuan.
b)
Manusia Memerlukan Pendidikan
Bagi filsafat pendidikan penentuan sikap dan
tanggapan tentang manusia merupakan hal yang amat penting dan vital. Sebab
manusia merupakan unsur terpenting dalam usaha pendidikan. Tanpa tanggapan dan
sikap yang jelas tentang manusia pendidikan akan merasa raba.
Bahkan pendidikan itu
sendiri itu dalam artinya yang paling asas tidak lain adalah usaha yang
dicurahkan untuk menolong manusia menyingkap dan menemukan rahasia alam memupuk
bakat dan dan mengarahkan kecendrungannya demi kebaikan diri dan masyarakat .
usaha itu berakhir dengan berlakunya perubahan yang di kehendaki dari segi
social dan psikologis serta sikap untuk menempuh hidup yang lebih berbahagia
dan berarti.
Manusia mengalami proses pendidikan terus
berlangsung sampai mendekati waktu ajalnya. Proses pendidikan adalah life long
education yang dilihat dari segi kehidupan masyarakat dapat dikatakan ebagai
proses yang tanpa akhir.
Bila dipandang dari segi kemampuan dasar
pedagogis, manusia dipandang sebagai “homo edukadum” mahluk yang harus dididik,
atau bisa disebut “animal educabil ” mahluk sebangsa binatang yang bisa
dididik, maka jelaslah bahwa manusia itu sendiri tidak dapat terlepas dari
potensi psikologis yang dimiliknya secara individual berbeda dalam abilitas dan
kapabilitasnya, dari kemampuan individual lainnya. Dengan berbedanya kemampuan
untuk dididk itulah fungsi pendidikan pada hakikatnya adalah melakukan seleksi
melalui proses pendidikan atas pribadi manusia.
c)
ManusiaBisaDididik
Kemampuan belajar manusia sangat berkaitan
dengan kemampuan manusia untuk mengetahui dan mengenal terhadap obyek-obyek
pengamatan melalui panca indranya. Membahas kemampuan mengetahui dan mengenal
tidak dapat terlepas dari filsafat dalam bidang epistimologi. Karena filsfat
ini menunjukkan kepada kita betapa dan sejauh mana manusia dapat mengetahui dan
mengenal obyek-obyek pengamatan disekitarnya. Apa pengetahuan itu, cara
mengetahui, dan memperoleh pengetahuan serta berbagai jenis pengalaman indrawi.
Panca indera manusia
adalah merupakan alat kelengkapan yang dapat membuka kenyataan alam sebagai
sumber pengetahuannya yang memunkinkan dirinya untuk menemukan hakikat
kebenaran yang diajarkan oleh agamanya atau oleh Tuhannya. Panca
indera manusia merupakan pintu gerbang dari pengetahuan yang makin berkembang.
Oleh karena itu Allah mewajibkan panca indera manusia untuk digunakan menggali
pengetahuan.
Dalam hal ini islam lebih cenderung untuk
menegaskan bahwa perpaduan antara kemampuan jiwa dan kenyataan materi sebagai
realita merupakan sumber proses “mengetahui” manusia yang keduanya merupakan
“kebenaran”menurut ukuran proses hidup manusiawi bukan Ilahi. Kebenaran yang
hakiki hanyalah Tuhan sendiri, dan kebenaran hakiki inilah yang menciptakan
segala kenyataan alami dan manusiawi dengan diberi mekanisme hukum-hukumnya
sendiri. Bila Ia menghendaki mekanisme itu bisa di rubah menurut kehendaknya.[10]
D. Para tokoh-tokoh filsafat islam. Dan Filsafatnya.
Sebenarnya para tokoh-tokoh
filsafat islam itu banyak. Namun penulis pemakalah hanya bisa menyebukan
sebagian besar para tokoh-tokoh filsafat islam. Dalam hal ini penulis pemakalah
akan menyebutkan para toko-tokoh filsafat islam dan juga apa saja filsafatnya
yang terkemukaka. Yaitu:
a. Al-kindi
Filsafatnya.
a) Pemaduan
filsafat dan agama
b) Filsafat
ketuhanan
c) Alam
dan jiwa.
b. Al-Farabi
Filsafatnya
a) Rekonsiliasi
Al-Farabi
b) Ketuhana.
c) Emanasi.
d) Kenabian.
e) Negara
utama.
f) Jwa
dan akal
c. Ibnu
sina
Filsafatnya
a) Al-Tawfiq
(rekonsiliasi) adntara agama dan filsafat
b) Ketuhana
c) Emanasi
dan jiwa
d. Al-raazi
Filsafatnya
a) Lima
kekal (kadim)
b) Akal,
kenabian, dan wahyu
e. Ibnu
Miskawah
Filsafatnya
a) Ketuhanan
b) Emanasi
c) Kenabian
d) Jiwa,
dan akhlak
f. Ikwal
al-shafa’
Filsaatna
a) Al-Tawfik
dan all-talfiq
b) Ketuhanan
c) Emanasi
d) Matematika
e) Jiwa
manusia
g. Al-ghazali
Filsafatnya
a) Sanggahan
al-ghazali terhadap para filosof
b) Hukum
sebab akibat(kausalitas) dan mukjizat
c) Hukuk
al-ghazali terhadap emanasionisme
h. Ibnu
bajjah
Filsafatnya
a) Matematika
(ketuhanan)
b) Matereal
dan bentuk
c) Jiwa
d) Akal,
dan ma’rifat.
e) Ahlak
f) Politik
g) Mnusia
penyendiri
h) Politik
i)
Mnusia penyendiri
i.
Ibnu thufail
Filsafatnya
a) Matafisika(ketuhanan)
b) Fisika
c) Jiwa
d) Epistimologi
e) Rekonsiliasi
(Tawfiq) antra filsafat da agama
j.
Ibnu rusyd
Filsafatnya
a) Jawaban
terhadap sanggahan al-ghazali
b) Hukum
sebab akibat(kausalitas) dan hubunganya dengan mu’jizat
c) Kritik
ibu rusdi terhadapa emanasionisme prta filosof muslim[11]
E. Kesimpulan
Jadi
konsep tentang tuhan oleh para filosuf muslim dan jug para sofi, dan juga dalam
hal ini dianggap sanget penting, tentu saja semua filosof muslim percaya bahwa
tuhan pencipta alam sesta ini, hanya saja mereka berbeda mengkospsikan sang
pencipta ini dan bagai mana penciptaan itu terjadi. Oleh karena itu konsep
tengtang tuha menurut para filosof islam adalah, Tuhan sebai sebab, tuhan
sebagi Wajib al-ujud, tuhan sebagai cahaya, dan juga tuhan sebagai ujud murni.
ini dikonsepkan oleh diantranya adalah Suhrawardi dan lain sebagainya.
Jadi Jiwa
manusia,
yang
mempunyai
hanya satu daya,
yaitu berfikir
yang disebutakal.
Akal terbagi dua :-Akal
praktis,
yang menerima arti-arti yang berasal dari materi melaluiindra pengingat yang ada dalam jiwa binatang.
Akal teoritis, yang
menangkap arti-arti murni, yang tak pernah adadalam
materi seperti Tuhan, roh dan malaikat. Menurut Ibnu Sina, akalteoritis mempunyai empat tingkatan
Akal potensial dalam arti akal yang mempunyai potensiuntuk
menangkap arti-arti murni.2)Akal
bakat, yang telah mulai dapat
menangkap arti-artimurni.
Akal aktual, yang telah mudah dan lebih banyak menangkaparti-arti murni.4)Akal perolehan yang telah sempurna kesanggupannyamenangkap
arti-arti murni.Jiwa manusia mempunyai
wujud tersendiri, yang diciptakan Tuhan setiapada janin yang siap untuk
menerima jiwa. Jiwa berhajat kepada badan manusia,karena otaklah, sebagaimana dilihat di atas, yang ada
pada mulanya menolongakal untuk menangkap
arti-art
Karena inti manusia adalah jiwa berfikir untuk memperolehkesempurnaan, pembangkitan jasmani tak ada. Sebagai orang
yang banyakberkecimpung dalam bidang sains para filosof percaya pula kepada tidakberubahnya hukum alam.4.Inilah sepuluh dari duapuluh kritikan yang dimajukan al-Ghazali (1058-1111 M) terhadap pemikiran para filosof Islam. Tiga diantara sepuluh itu,menurut al-Ghazali
membawa mereka kepada kekufuran, yaitu Alam qadim dalam arti tak
bermula dalam
zaman Pembangkitan jasmani tak ada.
Tuhan tidak mengetahui perincian yang
terjadi di alam.Pengkafiran Al-Ghazali ini membuat orang di dunia Islam
bagian Timur dengan Baghdad sebagai pusat pemikiran, menjauhi falsafat. Apalagi
disampingpengkafiran
itu Al-Ghazali mengeluarkan
pendapat bahwa jalan
sebenarnyauntuk
mencapai hakikat bukanlah falsafat tetapi tasawuf.
F. Penutup
Inilah, yang
bisa penulis kemukakan pada tulisan yang sangat sederhana
ini. Penulis yakin masih banyak kekurangan-kekurangan dalam
makalah ini akan tetapi alangkah bagusnya kita saling mencari yang lebih
baik dan belajar dari kesalahan. Dan harap maklum
Harapan
penulis kepada yang membaca makalah ini, semoga pembaca meniatkan semua
kegiatannya ikhlas karena Allah SWT supaya mendapat pahala dalam mencari
ilmu ini. Penulis mohon do’a kepada pembaca semua, semoga selalu bertambah ilmu
setiap harinya dan lancar dalam segala urusan serta dapat apa yang
dicita-citakan. Amien ya rabbal alamin!
Akhir kata,
dangan segala kekurangan dan kesalahan penulis mintak maaf, beribu-beribu maaf,
karena penulis hanyalah manusia biasa yang ta’luput dari kesalahan, Semua
yang benar itu datang dari Allah dan yang salah itu datang-nya dari penulis
peribadi,
G. Daftar Pustaka
Ø
K. Bertens, Sejarah
filsafat Yunani, Penerbit Yogyakarta, Yayasan Kanisius, 1984, Cetakan IIV.
Ø
Prof. Dr, H, sirajuddin
Zar, M.A. filsafat islam, filosof dan filsafatnya.penerbit. Kharisma
putra Utama Offet cetakan raja wali press 2009
Ø
Muhammad ‘Athif al- iraqi,al-fatsafat
islamiah kairo dar al-ma’arif
cetakan 1978
Ø
Harun nasution, falsafat
agama, penerbit Bula bintang jakarta, 1973. Cetakan I,
Ø
http://subliyanto.blogspot.com/2010/04/hakikat-manusia-dalam-filsafat-islam.html.
http://www.scribd.com/doc/54690359/Filsafat-Islam-Ttg-Tuhan
[1] K. Bertens, Sejarah filsafat Yunani, Penerbit
Yogyakarta, Yayasan Kanisius, 1984, Cetakan IIV. Hlm 13
[2] Harun nasution, falsafat agama, penerbit
Bula bintang jakarta, 1973. Cetakan I, hlm 7
[3] Prof. Dr, H, sirajuddin Zar, M.A. filsafat
islam, filosof dan filsafatnya.penerbit. Kharisma putra Utama Offet cetakan
raja wali press 2009,hlm 01
[4] Muhammad ‘Athif al- iraqi,al-fatsafat
islamiah kairo dar al-ma’arif
cetakan 1978, hlm 9
[5] Prof. Dr, H, sirajuddin Zar, M.A. filsafat
islam, filosof dan filsafatnya.penerbit. Kharisma putra Utama Offet cetakan
raja wali press 2009. Hlm13-14
[6] Muhammad
‘Athif Al-Iraqy, op.cip hlm 19-20
[7] Prof. Dr, H, sirajuddin Zar, M.A. filsafat
islam, filosof dan filsafatnya.penerbit. Kharisma putra Utama Offet cetakan
raja wali press 2009. Hlm. 15-16
[8] Prof. Dr, H, sirajuddin Zar, M.A. filsafat
islam, filosof dan filsafatnya.penerbit. Kharisma putra Utama Offet cetakan
raja wali press 2009. Hlm.20.
[9]
http://www.scribd.com/doc/54690359/Filsafat-Islam-Ttg-Tuhan
[10]
http://subliyanto.blogspot.com/2010/04/hakikat-manusia-dalam-filsafat-islam.html
[11] Prof. Dr, H, sirajuddin Zar, M.A. filsafat
islam, filosof dan filsafatnya.penerbit. Kharisma putra Utama Offet cetakan
raja wali press 2009. Hlm.vii-x
Tidak ada komentar:
Posting Komentar