Minggu, 25 Maret 2012

FILSAFAT dan ILMU PENGETAHUAN


FILSAFAT dan ILMU PENGETAHUAN

MAKALAH
Disusun untuk Memenuhi Sysarat Ujian Ahir Semester (UAS)
Mata kuliah bahasa Indonesia
 
Oleh:
Amirul Muttaqin
1110033100056

JURUSAN AQIDAH FILSAFAT
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF
HIDAYATULLAH
JAKARTA
2010 M
A.    Pendahuluan
Perkembangan dan pengembangan falsafah dan ilmu pengetahuan, haruslah mengadakan penelitian yang sanget mendukung untuk melakukan kebenaran yang haqiqi,  Tanpa penelitian itu ilmu pengetahuan tidak dapat hidup, dan falsafah tidak akan terungkap.

“Falsafah itu adalah kata yang berasal dari yunani (Historis) sedangkan  Ilmu itu bagaikan bangunan yang tersusun dari batu bata, Batu atau unsur dasar tersebut tidak pernah langsung didapat dialam sekitar, sedangkan falsafah pada umumnya orang menggolongkan falsafah itu pasti kedalam ilmu pengetahuan, karena filsafat dipelajari dan diajarkan di univirsitas-nivirsitas, atau perguruan tinggi, lewat observasi ilmiah batu-batu sudah dikerjakan sehingga dapat dipakai, kemudian digolongkan menurut kelompok tertentu, sehingga dapat dipergunakan,”1
Sebab karena itu saya dalam pembuatan Makalah ini, saya mengambil tema “Filsafat dan ilmu pengetahuan” karena-nya membutuhkan pengertian diantara salah satunya baik filsafat sendiri maopun ilmu pengetahuan.
B.     Pengertian Filsafat
Istilah Falsafat dapat di tinjau dari dua segi yakni,:
a.       Segi semantik: perkataan filsafat berasal dari bahasa arab: falsafah yang berasal dari bahasa yunani, philo sophi = pengetahuan hikmah (wisdon) jadi fhilosophia berarti cinta kepada kebijaksanaan, atau cinta kepada pada kebenaran, maksudnya setiap orang yang bersifat akan menjadi bijaksana, orang yang cinta akan pengetahuan disebut philosopher, dalam bahasa arabnya failasuf.
b.      Segi praktis: dilihat dari pengertian praktisnya, filsafat berarti alam atau alam pemikir berfilsafat artinya berfikir, namun tidak semua pemikir berarti filsafat, berfisafat adalah berfikir secara mendalam dan sungguh-sungguh, sebuah semboyan mengatakan bahwa: setiap manusia adalah filosuf  semboyan benarjugak, sebab semua manusia berfikir, akan tetapi secara umum semboyan itu tidak benar, sebab semua orang yang berfiki itu adalah filosuf,
Muhammad hata mengemukakan penertian filsafat itu, lebih baik baik tidak dibicarakan dulu, nanti bila orang banyak membaca atau membelajari filsafat orang itu akan mengerti dengan sendirinya apa filsafat itu menurut konotasi filsafat yang di tangkapnya, Lengeveld jugak berpendapat begitu, kata beliau setelah orang berfilsafat sendiri barulah ia maklum apa filsafat itu: dan semakin dalam ia berfisafat, akan mengerti ia apa fisafat itu2
C.    Ilmu Pengatahuan 
Dikatakan filsafat sebagai ilmu karena di dalam pengertian filsafat mengandung empat pertanyaan ilmiah, yaitu: bagaimanakah. Mengapakah, kemanakah, dan apakah, pertanyaan bagaimana, menanyakan sifat-sifat yang dapat ditangkap atau yang tampak oleh indra, jawaban atau pengetahuan yang di peroleh bersifat deskriptif (pengambaran)
Pertanyaan mengapa, menanyakan tentang sebab (asal mula) satu objek, jawaban atau pengetahuan yang diperoleh bersifat kausalitas (sebagai akibat)
Pertanyan kemana, menanyakan tentang apa yang terjadi dimasa lampau, masa sekarang. Dan masa yang akan datang, jawaban yang diperoleh ada tiga jenis pengetahuan. Yaitu: pertama, pengetahuan yang timbul dari hal-hal yang selalu berulan-ulang (kebiyasaan) yang nantinya pengetahuan tersebut dapat dijadikan sebagai pedoman, ini dapat dijadikan dasar untuk mengatahui apa yang akan terjadi, kedua, pengetahuan yang timbul dari pedoman yang berkandung dalam adat istiadat/kebiasan yang berlaku dalam masyarakat, ketiga, pengetahuan yang timbul dari pedoman yang dipakai hukum sebagai suatu hal yang dijadikan pegangan, tegasnya pengetahuan yang diperoleh dari jawaban kemanakah adalah pengetahuan yang bersifat normatif,
Yang terahir pertanyan, apakah tentang hakikat atau inti mutlak dari suatu hal, hakikat ini sifatnya sngat dalam (radix) dan tidak lagi brtsifat empiris, sehinga hanya dapat dimengerti oleh akal, jawaban atau pengetahuan yang diperolehnya ini kita akan dapat mengetahui hal-hal yang sifatnya sanget umum, universal, abstrak,
Dengan demikian, kalau ilmu-ilmu yang lain (selain filsafat) bergerak dari tidak tahu kepada tahu, sedang ilmu filsafat bergerak tidak tahu kepada tahu, selanjutnya kepada hakikat.3
Orang menggolongkan filsafat itu pada umumnya pasti kedalam ilmu-ilmu pengetahuan dikarnakan filsafat itu dipelajari dan diajarkan di Univirsitas-univirsitas kita sebagai mana jugak segala ilmu pengatahuan yang lain, namun gambaran semacam itu mengacaukan.
“…Walaupun ilmu pegetahuan itu muncul sebagai salah satu ilmu pengetahuan akan tetapi ia mempunyai struktur tersendiri dan tidak dapat begitu saja    dianggap suatu “ilmu pengetahuan,”4
Tentu saja sedikit banyak bagi setiap itu pengetahuan berlaku, bahwa ilmu itu mempunyai struktur dan karakteristik tersendiri studi tentang ilmu kedokteran adalah sesuatu yang berbeda sekali dengan sejarah kesenian, dan ilmu pasti sesuatu yang berlainan sekali dengan ilmu pendidikan, akan tetapi untuk filsafat, hal “yang tersendiri” ini berlaku dengan cara yang dasarnya lain5
Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menyelidik segala sesuatu, dengan mencari sebab-sebab yang terdalam, berdasarkan kekuatan pikiran manusia sendiri.
Ilmu pengetahuan adalah kumpulan pengetahuan mengenai sesuatu hal yang tertentu (objek atau lapangannya) yang merupaka kesatuan yang sestematis, dan memberikan penjelasan yang dapat dipertanggungjawabkan dengan menunjukkan sebab-sebab hal itu.
Sebagai mana telah dikemukakan. Bahwa pada mulanya cakupan filsafat luas sekali meliputi ilmu yang ada pada zamannya, namun lambat laun dengan adanya usaha-usaha yang intensif yang benyak bersifat empris dan eksperimintal, maka terciptalah satu demi satu disiplin ilmu yang khusus memecahkah satu bidang masalah, oleh seba itulah sering disebut bahwa filsafat merupakan induk atau ibu dari ilmu-ilmu yang lain.
Dengan munculnya ilmu-ilmu vak bukan berarti melenyapkan eksestensi dan fungsi filsafat. Karena filsafat masih ekses dan mempunyai fungsi sendiri yang tidak dapat diganti oleh yang lain, “yakni ilmu” yang lain,6
D.    Apakah Hubungan antara Filsafat dengan Ilmu Pengetahuan
Louis kattsoff mengatakan, bahasa yang dikatakan dalam filsafat dan ilmu pengetahuan dalam beberapa hal saling melengkapi, hanya saja bahasa yang dipakai dalam filsafat mencoba untuk berbicara mengenai ilmu pengetahuan, namun apa yang dikatakan oleh seorang ilmuan mungkin penting pula bagi filosuf.
Pada bagian lain dikatakan: Filsafat dalam usahanya mencari jawaban atas pertnyaan-pertanyaan pokok yang kita ajukan harus memperhatkan hasil-hasil ilmu pengetahuan, ilmu pengetahuan dalam usahanya menemukan rahasia alam kodrat haruslah megetahui anggapan kefilsafatan mengenai alam kodrat trsebut. Filsafat mempersoalkan istilah-isilah tersebut dari ilmu pengetahuan dengan suatu cara yang beda di luar tujuan dan metode ilmu pengetahuan,
Dalam hubungan ini, Harold H. titus menerangkan, ilmu pengeahuan mengesi filsafat dengan sejumlah besar materi yang faktual dan diskriptif, yang sanget perlu dalam pembinaan suatu filsafat, banyak ilmuan dan jugak filosuf, para filosuf terlatih dalam metode ilmuan, dan sering pula menuntut minat khusus dalam ilmu sebagai berikut,
a.                   Historis, mula-mula filsafat identik dengan ilmu pengetahuan, sebagai mana jugak filosuf identik dengan ilmuan.
b.                   Opjek material, ilmu adalah alam dan manusia, sedangkan objek material filsafat adalah alam, manusia dan ketuhanan.7
“…filsafat adalah yang paling konkrit dari segala ilmu pengatahuan. Tidak ada sesuatu pun yang ditingalkanya dari kenyataan, dan kata arti kata  filsafat menjauhi setiap abstrak, akan tetapi ingin mengalami segala-galanya dan memikirkanya seperti adanya.”8
Jikalau kita ingin menamakan filsafat itu suatu ilmu pengetahuan, maka sebut kanlah –kedengaranya amat sombong –suatu pengetahuan yang “Univirsal,” suatu ilmu pengetahua yang “Umum.” Bukan dalam arti kata, bahwa fisafat itu seolah-olah merupakan jumlah dari segala ilmu pengetahuan ilmu belaka, melaikan dalam arti, bahwa filsafat itu tidak mempelajari suatu bagian tertentu dari kenyataan, dipandang dari suatu sudut pengamatan tertentu , filsafat itu mencoba untuk membuat keseluruhan kenyataan, dengan meneropong dari segala sudut-penglihatan, sebagai “objek,” dari penyelidikan-penyelidikan-nya yang bersifat filsafat, Filsafat memajukan hak bagi dirinya sendiri atas pandangan pengetahuan yang paling luas dan pendirian yang paling umum.9
E.     Ruang Lingkup Filsafat
Kita telah mengetahui bahwa filsafat merupakan induk dari segala ilmu yang mencakup ilmu-ilmu khusus. Teapi dalam perkembangan berikutnya ilmu-ilmu khusus itu satu demi satu memisahkan diri dari induknya, “yakni filsafat,”
Dalam sejarah ilmu yang mula-mula melepaskan diri dari filsafat adalah matematika dan fisika, ini terjadi pada zaman Renaissance (abad XVI M). kemudian diakui oleh ilmu-ilmu yang lainya untuk memisahkan diri dari induknya. Psikologi menjadi ilmu yang melepaskan diri dari filsafat pada masa belakangan ini saja. Bahkan sampai sekarang masih ada beberapa institut. Yang mengaitkan psikologi dengan filsafat.
Namu kerena filsafat sebagai sebagai induk dari ilmu-ilmu yang lainya, pengaruhnya sampai saat ini masih terasa. Seperti orang yang memperoleh dokter dalam ilmu fisika, psikologi, dan sebagainya, diberi gelar Ph.D (doctor of philosophy) padahal Ph.D. seharusnya diharuskan untuk materi filsafat saja,
Stelah filsafat ditingalkan oleh ilmu-ilmu khusus, ternyata filsafat tidak mati tetapi hidup dengan corak tersendiri, yakni sebagai lmu yang memecahkan masalah yang tidak terpecahkan oleh ilmu-ilmu husus, yang menjadi pertanyaan adalah apa saja yang masih merupakan bagian dari filsafat dalam corak tersendiri ini? Dari persoalan inilah membawa kita kepada pembicaraan tentang jawaban fisafat, bagi ahlih flsafat biasanya mempunyai berbagai yang berbeda-beda sebagai mana pendapa mereka diantaranya:
1.      Prof. Alburey Cestell, membagi masalah-masalah filsafat kepada lima  bagian:,
1.      Theological Problem (Masalah Teologi)
2.      Metaphsical Problem (Masalah Matafisika)
3.      Epistical Problem (Masalah Etika)
4.      political Problem (Masalah politik)
5.       Historecal Problem (Masalah Sejarah)
2.      H. De Vos menggolongkan filsafat sebagai berikut:  
Matematika, Logika, Ajaran tentang ilmu pengetahuan, Filsafat alam, Filsafat kebudayaan, Filsafat sejarah, Filsaft Etika, Aestetika, dan Antropologi.10
            Dalam filsafat Hegel, kita menjumpai untuk pertama kalinay suatu upanya yang paripurna untuk meninjau semua masalah dan konsep filsafat, termasuk konsep tentang rasio dalam karaangka yang pada dasarnya historis. Bagi hegel. Tak ada ide yang memiliki makna tetap dan tak ada bentuk pemahaman yang memiliki validitas kekal dan tak berubah.11
F.     Penutup
Inilah, yang bisa saya kemukakan pada tulisan yang sangat sederhana ini. saya yakin masih banyak kekurangan-kekurangan  dalam  Makalah ini. Harapan saya kepada pembimbing mohon ma’af dengan segala kekurangan dan kesalahan dalam pembuatan Makalah ini. mohon dimaklumi,  dan saya sanget bersukur kepada allah SAW dengan segala pemberian nikmat sehat dapat dan sempat, sehinga Makalah ini sampai selesai sesuai harapan kami, walaupun dibawah kekurangan dan kesalahan.
Akhir kata, dangan segala kekurangan dan kesalahan saya mintak maaf, beribu-beribu maaf, khususnya kepada pembimbing, karena saya hanyalah manusia biasa yang taklepas dari kesalahan dan kekurangan,   Semua yang benar itu datang dari Allah dan yang salah itu datang-nya dari saya peribadi,
G.     Daftar pustaka
- Beekman Gerard, Rivai, R.A, Filsasfat Para Filsuf Berfilsafat, Penerbit Air lagga Jakarta, 1984
- D. Aiken, Henry Abad Ideologi, jokjakarta, 2009
- Syadalib H. Ahmad dan Mudzakir , Filsafat Umum, cetakan Ke-2, Bandung, Pustaka setia 2004


1.  Geran Beekman, R.A. Rivan, Filsafat para filosuf berfisafat, hal 76,
2 Drs. H. Ahmad Syadali, M.A. Drs. Mudzakir Filsafat umum,  hal. 11-12
3. Drs. H. Ahmad Syadali, M.A, Drs. Mudzakir,  Filsafat Umum, hal. 12
4. Rombach, H. de actualitet van wijbegeerteAmsterdam, 1965, hal. 15 Filsafat Para filsuf berfisafat. hal . 76, Geran Beekman, R.A. Rivan.
5. Geran Beekman, R.A. Rivan. Filsafat Para filsuf berfisafat. hal 76
6 . Drs. H. Ahmad Syadali, M.A, Drs. Mudzakir,  Filsafat Umum, hal 31-32
7 . Drs. H. Ahmad Syadali, M.A, Drs. Mudzakir, Filsafat Umum, hal 30
8 . Peperzak, A.Verlangen, Bilthoven, 1971, hal 62, Filsafat Para filsuf berfisafat. hal. 82, Geran Beekman, R.A. Rivan.
9 . Bochenski, J, a.w., hal: 31-33, Straaten, M. van Prothuron, Laidin tangal 6 juni 1971, Filsafat Para filsuf berfisafat. hal. 82, Geran Beekman, R.A. Rivan.
10. Drs. H. Ahmad Syadali, M.A, Drs. Mudzakir, Filsafat Umum, hal 18
11. Henry D. Aiken, Abad Ideologi, hal 84

Tidak ada komentar:

Posting Komentar