FILSAFAT dan ILMU PENGETAHUAN
MAKALAH
Disusun
untuk Memenuhi Sysarat Ujian Ahir Semester (UAS)
Mata
kuliah bahasa Indonesia
Oleh:
Amirul
Muttaqin
1110033100056
JURUSAN AQIDAH FILSAFAT
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF
HIDAYATULLAH
JAKARTA
2010 M
A.
Pendahuluan
Perkembangan dan pengembangan falsafah dan ilmu pengetahuan, haruslah
mengadakan penelitian yang sanget mendukung untuk melakukan kebenaran yang
haqiqi, Tanpa penelitian itu ilmu
pengetahuan tidak dapat hidup, dan falsafah tidak akan terungkap.
“Falsafah itu adalah kata yang berasal dari yunani (Historis) sedangkan Ilmu itu bagaikan bangunan yang tersusun dari
batu bata, Batu atau unsur dasar tersebut tidak pernah langsung didapat dialam
sekitar, sedangkan falsafah pada umumnya orang menggolongkan falsafah itu pasti
kedalam ilmu pengetahuan, karena filsafat dipelajari dan diajarkan di
univirsitas-nivirsitas, atau perguruan tinggi, lewat observasi ilmiah batu-batu
sudah dikerjakan sehingga dapat dipakai, kemudian digolongkan menurut kelompok
tertentu, sehingga dapat dipergunakan,”1
Sebab karena itu saya dalam pembuatan Makalah ini, saya mengambil tema “Filsafat dan ilmu pengetahuan” karena-nya
membutuhkan pengertian diantara salah satunya baik filsafat sendiri maopun ilmu
pengetahuan.
B. Pengertian Filsafat
Istilah Falsafat dapat di
tinjau dari dua segi yakni,:
a. Segi
semantik: perkataan filsafat berasal dari bahasa arab: falsafah yang berasal
dari bahasa yunani, philo sophi = pengetahuan
hikmah (wisdon) jadi fhilosophia berarti cinta kepada kebijaksanaan, atau cinta kepada pada kebenaran, maksudnya
setiap orang yang bersifat akan menjadi bijaksana, orang yang cinta akan
pengetahuan disebut philosopher, dalam
bahasa arabnya failasuf.
b. Segi
praktis: dilihat dari pengertian praktisnya, filsafat berarti alam atau alam pemikir berfilsafat
artinya berfikir, namun tidak semua pemikir berarti filsafat, berfisafat adalah
berfikir secara mendalam dan sungguh-sungguh, sebuah semboyan mengatakan bahwa:
setiap manusia adalah filosuf semboyan benarjugak, sebab semua manusia
berfikir, akan tetapi secara umum semboyan itu tidak benar, sebab semua orang
yang berfiki itu adalah filosuf,
Muhammad hata mengemukakan penertian filsafat itu, lebih baik baik tidak
dibicarakan dulu, nanti bila orang banyak membaca atau membelajari filsafat
orang itu akan mengerti dengan sendirinya apa filsafat itu menurut konotasi
filsafat yang di tangkapnya, Lengeveld jugak berpendapat begitu, kata beliau
setelah orang berfilsafat sendiri barulah ia maklum apa filsafat itu: dan semakin
dalam ia berfisafat, akan mengerti ia apa fisafat itu2
C. Ilmu Pengatahuan
Dikatakan
filsafat sebagai ilmu karena di dalam pengertian filsafat mengandung empat
pertanyaan ilmiah, yaitu: bagaimanakah.
Mengapakah, kemanakah, dan apakah, pertanyaan bagaimana, menanyakan
sifat-sifat yang dapat ditangkap atau yang tampak oleh indra, jawaban atau
pengetahuan yang di peroleh bersifat deskriptif
(pengambaran)
Pertanyaan
mengapa, menanyakan tentang sebab (asal mula) satu objek, jawaban atau pengetahuan
yang diperoleh bersifat kausalitas (sebagai akibat)
Pertanyan
kemana, menanyakan tentang apa yang terjadi dimasa lampau, masa sekarang. Dan
masa yang akan datang, jawaban yang diperoleh ada tiga jenis pengetahuan.
Yaitu: pertama, pengetahuan yang
timbul dari hal-hal yang selalu berulan-ulang (kebiyasaan) yang nantinya
pengetahuan tersebut dapat dijadikan sebagai pedoman, ini dapat dijadikan dasar
untuk mengatahui apa yang akan terjadi, kedua,
pengetahuan yang timbul dari pedoman yang berkandung dalam adat
istiadat/kebiasan yang berlaku dalam masyarakat, ketiga, pengetahuan yang timbul dari pedoman yang dipakai hukum
sebagai suatu hal yang dijadikan pegangan, tegasnya pengetahuan yang diperoleh
dari jawaban kemanakah adalah pengetahuan yang bersifat normatif,
Yang
terahir pertanyan, apakah tentang hakikat atau inti mutlak dari suatu hal,
hakikat ini sifatnya sngat dalam (radix)
dan tidak lagi brtsifat empiris, sehinga
hanya dapat dimengerti oleh akal, jawaban atau pengetahuan yang diperolehnya
ini kita akan dapat mengetahui hal-hal yang sifatnya sanget umum, universal,
abstrak,
Dengan
demikian, kalau ilmu-ilmu yang lain
(selain filsafat) bergerak dari tidak tahu kepada tahu, sedang ilmu filsafat
bergerak tidak tahu kepada tahu, selanjutnya kepada hakikat.3
Orang
menggolongkan filsafat itu pada umumnya pasti kedalam ilmu-ilmu pengetahuan
dikarnakan filsafat itu dipelajari dan diajarkan di Univirsitas-univirsitas
kita sebagai mana jugak segala ilmu pengatahuan yang lain, namun gambaran
semacam itu mengacaukan.
“…Walaupun
ilmu pegetahuan itu muncul sebagai salah satu ilmu pengetahuan akan tetapi ia
mempunyai struktur tersendiri dan tidak dapat begitu saja dianggap suatu “ilmu pengetahuan,”4
Tentu
saja sedikit banyak bagi setiap itu
pengetahuan berlaku, bahwa ilmu itu mempunyai struktur dan karakteristik
tersendiri studi tentang ilmu kedokteran adalah sesuatu yang berbeda sekali
dengan sejarah kesenian, dan ilmu pasti sesuatu yang berlainan sekali dengan
ilmu pendidikan, akan tetapi untuk filsafat, hal “yang tersendiri” ini berlaku
dengan cara yang dasarnya lain5
Filsafat
adalah ilmu pengetahuan yang menyelidik segala sesuatu, dengan mencari
sebab-sebab yang terdalam, berdasarkan kekuatan pikiran manusia sendiri.
Ilmu
pengetahuan adalah kumpulan pengetahuan mengenai sesuatu hal yang tertentu
(objek atau lapangannya) yang merupaka kesatuan yang sestematis, dan memberikan
penjelasan yang dapat dipertanggungjawabkan dengan menunjukkan sebab-sebab hal
itu.
Sebagai
mana telah dikemukakan. Bahwa pada mulanya cakupan filsafat luas sekali
meliputi ilmu yang ada pada zamannya, namun lambat laun dengan adanya
usaha-usaha yang intensif yang benyak bersifat empris dan eksperimintal, maka
terciptalah satu demi satu disiplin ilmu yang khusus memecahkah satu bidang
masalah, oleh seba itulah sering disebut bahwa filsafat merupakan induk atau
ibu dari ilmu-ilmu yang lain.
Dengan
munculnya ilmu-ilmu vak bukan berarti melenyapkan eksestensi dan fungsi
filsafat. Karena filsafat masih ekses dan mempunyai fungsi sendiri yang tidak
dapat diganti oleh yang lain, “yakni ilmu” yang lain,6
D. Apakah Hubungan
antara Filsafat dengan Ilmu Pengetahuan
Louis kattsoff mengatakan, bahasa yang dikatakan dalam filsafat dan ilmu
pengetahuan dalam beberapa hal saling melengkapi, hanya saja bahasa yang
dipakai dalam filsafat mencoba untuk berbicara mengenai ilmu pengetahuan, namun
apa yang dikatakan oleh seorang ilmuan mungkin penting pula bagi filosuf.
Pada bagian lain dikatakan: Filsafat dalam usahanya mencari jawaban atas
pertnyaan-pertanyaan pokok yang kita ajukan harus memperhatkan hasil-hasil ilmu
pengetahuan, ilmu pengetahuan dalam usahanya menemukan rahasia alam kodrat
haruslah megetahui anggapan kefilsafatan mengenai alam kodrat trsebut. Filsafat
mempersoalkan istilah-isilah tersebut dari ilmu pengetahuan dengan suatu cara
yang beda di luar tujuan dan metode ilmu pengetahuan,
Dalam hubungan ini, Harold H. titus menerangkan, ilmu pengeahuan mengesi
filsafat dengan sejumlah besar materi yang faktual dan diskriptif, yang sanget
perlu dalam pembinaan suatu filsafat, banyak ilmuan dan jugak filosuf, para
filosuf terlatih dalam metode ilmuan, dan sering pula menuntut minat khusus
dalam ilmu sebagai berikut,
a.
Historis,
mula-mula filsafat identik dengan ilmu pengetahuan, sebagai mana jugak filosuf identik
dengan ilmuan.
b.
Opjek material,
ilmu adalah alam dan manusia, sedangkan objek material filsafat adalah alam,
manusia dan ketuhanan.7
“…filsafat adalah yang paling konkrit dari segala ilmu pengatahuan. Tidak
ada sesuatu pun yang ditingalkanya dari kenyataan, dan kata arti kata filsafat menjauhi setiap abstrak, akan tetapi
ingin mengalami segala-galanya dan memikirkanya seperti adanya.”8
Jikalau kita ingin menamakan filsafat itu suatu ilmu pengetahuan, maka
sebut kanlah –kedengaranya amat sombong –suatu pengetahuan yang “Univirsal,”
suatu ilmu pengetahua yang “Umum.” Bukan dalam arti kata, bahwa fisafat itu
seolah-olah merupakan jumlah dari segala ilmu pengetahuan ilmu belaka, melaikan
dalam arti, bahwa filsafat itu tidak mempelajari suatu bagian tertentu dari
kenyataan, dipandang dari suatu sudut pengamatan tertentu , filsafat itu
mencoba untuk membuat keseluruhan kenyataan, dengan meneropong dari segala
sudut-penglihatan, sebagai “objek,” dari penyelidikan-penyelidikan-nya yang bersifat filsafat, Filsafat memajukan hak bagi dirinya sendiri atas
pandangan pengetahuan yang paling luas dan pendirian yang paling umum.9
E.
Ruang
Lingkup Filsafat
Kita telah mengetahui bahwa filsafat merupakan induk dari segala ilmu yang
mencakup ilmu-ilmu khusus. Teapi dalam perkembangan berikutnya ilmu-ilmu khusus
itu satu demi satu memisahkan diri dari induknya, “yakni filsafat,”
Dalam sejarah ilmu yang mula-mula melepaskan diri dari filsafat adalah
matematika dan fisika, ini terjadi pada zaman Renaissance (abad XVI M). kemudian diakui oleh ilmu-ilmu yang
lainya untuk memisahkan diri dari induknya. Psikologi menjadi ilmu yang
melepaskan diri dari filsafat pada masa belakangan ini saja. Bahkan sampai
sekarang masih ada beberapa institut. Yang mengaitkan psikologi dengan filsafat.
Namu kerena filsafat sebagai sebagai induk dari ilmu-ilmu yang lainya,
pengaruhnya sampai saat ini masih terasa. Seperti orang yang memperoleh dokter
dalam ilmu fisika, psikologi, dan sebagainya, diberi gelar Ph.D (doctor of philosophy) padahal Ph.D.
seharusnya diharuskan untuk materi filsafat saja,
Stelah filsafat ditingalkan oleh ilmu-ilmu khusus, ternyata filsafat
tidak mati tetapi hidup dengan corak tersendiri, yakni sebagai lmu yang
memecahkan masalah yang tidak terpecahkan oleh ilmu-ilmu husus, yang menjadi
pertanyaan adalah apa saja yang masih merupakan bagian dari filsafat dalam
corak tersendiri ini? Dari persoalan inilah membawa kita kepada pembicaraan
tentang jawaban fisafat, bagi ahlih flsafat biasanya mempunyai berbagai yang
berbeda-beda sebagai mana pendapa mereka diantaranya:
1. Prof.
Alburey Cestell, membagi masalah-masalah filsafat kepada lima bagian:,
1. Theological
Problem (Masalah Teologi)
2. Metaphsical
Problem (Masalah Matafisika)
3. Epistical
Problem (Masalah Etika)
4. political
Problem (Masalah politik)
5. Historecal
Problem (Masalah Sejarah)
2. H.
De Vos menggolongkan filsafat sebagai berikut:
Matematika, Logika, Ajaran tentang ilmu pengetahuan, Filsafat alam,
Filsafat kebudayaan, Filsafat sejarah, Filsaft Etika, Aestetika, dan Antropologi.10
Dalam filsafat Hegel,
kita menjumpai untuk pertama kalinay suatu upanya yang paripurna untuk meninjau
semua masalah dan konsep filsafat, termasuk konsep tentang rasio dalam
karaangka yang pada dasarnya historis. Bagi hegel. Tak ada ide yang memiliki
makna tetap dan tak ada bentuk pemahaman yang memiliki validitas kekal dan tak
berubah.11
F.
Penutup
Inilah, yang bisa saya kemukakan pada tulisan yang sangat sederhana ini.
saya yakin masih banyak kekurangan-kekurangan
dalam Makalah ini. Harapan saya
kepada pembimbing mohon ma’af dengan segala kekurangan dan kesalahan dalam
pembuatan Makalah ini. mohon dimaklumi, dan saya sanget bersukur kepada allah SAW
dengan segala pemberian nikmat sehat dapat dan sempat, sehinga Makalah ini
sampai selesai sesuai harapan kami, walaupun dibawah kekurangan dan kesalahan.
Akhir kata, dangan segala kekurangan dan kesalahan saya mintak maaf,
beribu-beribu maaf, khususnya kepada pembimbing, karena saya hanyalah manusia
biasa yang taklepas dari kesalahan dan kekurangan, Semua yang benar itu datang dari Allah dan
yang salah itu datang-nya dari saya peribadi,
G.
Daftar
pustaka
- Beekman Gerard,
Rivai, R.A, Filsasfat Para Filsuf
Berfilsafat, Penerbit Air lagga Jakarta, 1984
- D. Aiken, Henry Abad Ideologi, jokjakarta, 2009
- Syadalib H. Ahmad dan
Mudzakir , Filsafat Umum, cetakan
Ke-2, Bandung, Pustaka setia 2004
1. Geran Beekman, R.A. Rivan, Filsafat para filosuf berfisafat, hal 76,
2 Drs. H.
Ahmad Syadali, M.A. Drs. Mudzakir Filsafat
umum, hal. 11-12
3. Drs. H.
Ahmad Syadali, M.A, Drs. Mudzakir, Filsafat Umum, hal. 12
4. Rombach,
H. de actualitet van wijbegeerteAmsterdam, 1965, hal. 15 Filsafat Para filsuf berfisafat. hal . 76, Geran Beekman, R.A.
Rivan.
5. Geran
Beekman, R.A. Rivan. Filsafat Para filsuf
berfisafat. hal 76
6 . Drs. H.
Ahmad Syadali, M.A, Drs. Mudzakir, Filsafat Umum, hal 31-32
7 . Drs. H. Ahmad
Syadali, M.A, Drs. Mudzakir, Filsafat
Umum, hal 30
8 . Peperzak,
A.Verlangen, Bilthoven, 1971, hal 62, Filsafat
Para filsuf berfisafat. hal. 82, Geran Beekman, R.A. Rivan.
9 . Bochenski,
J, a.w., hal: 31-33, Straaten, M. van Prothuron, Laidin tangal 6 juni 1971, Filsafat Para filsuf berfisafat. hal. 82, Geran Beekman, R.A. Rivan.
10. Drs. H.
Ahmad Syadali, M.A, Drs. Mudzakir, Filsafat
Umum, hal 18
11. Henry D.
Aiken, Abad Ideologi, hal 84
Tidak ada komentar:
Posting Komentar