Rabu, 30 Mei 2012

SYEKH WALIYULLAH AD-DAHLAWI


A.  Pendahuluan
Syeh Waliyullah al-dahlawi, adalah seseorang Ulamak yang serba bisa, dia tidak saja sebagai seorang ahli Hukum,[1] atau Mufasir, dan juga Muhadis, tetapi dia juga dikenal dengan seorang sufi, dan juga Mujaddid,[2].
Oleh karena itu “Syeh Waliyullah al-Dahlawi ini salah satu tokoh besar tarikat Naksabandiah di india, trutama Naqsabandiah Mudzahairiah. Tariqah Naqsabandiah cabang Mudzahairiah berasal dari india.

B.     Pembahasan
a)      Biografi dan gurunya
Hari rabu 14 syawal tahun 1114 H. ad-Dahlawi kecil dilahirkan dengan nama lengkap  Qutubuddin ahmad bin Abdurrahim bin Wajihuddin al-Umriy ad-Dahlawi. Sang ayah, Abdurrahim, merupakan ulama terkemuka di dahliy (nama tempat) yang menguasai ilmu dhahir dan batin serta mempunyai derajat yang tinggi dalam thoriqoh sufi. Meninggal dunia pada siang hari tahun 1176 H di kota delhi hari sabtu bulan Muharram. Gelar Syaih Waliyullah diperoleh karena kedalamannya di bidang agama.[3]
Kalau dilihat dari silsilahnya “Syeh waliyullah al-Dahlawi” ini masih nyambug kepada Umar Ibn Khathab, Sehingga selain kata al-dahlawi, dibelakan namanay sering dilengkapi dengan al-Umari, dan al-Faruqi ini dilihat dari garis ayahnya, kalau dilihat dari garis ibunya “Syeh Waliyullh al-Dahlai” menyambung kepada Ali ibn Thalib.
al-Dahlawi pada usia tujuh Tahun, sudah menghafal al-Qura’an secara keseluruhan, dan di usia lima belas tahun Syeh Waliyullah diinisiasi oleh ayahnya Syeh Abd al-Rahman, kedalam tarikat Naqsabandiah, Qadiriyah dan juga Chistiyah. Tidak heran pada usia masih muda ini, ia sudah menguasai berbagai ilmu pengetahuan, yang pada saat itu dinilai kajian tingkat tinggi, dan diantara usia tujuh belas tahun sampai dua puluh sembilan tahun ia mencurahkan tenaganya di Madrasah yang diwariskan oleh ayahnya. Pada usia 29 tahun ia beragkat ke-Hijaz untuk meneruskan pendidikanya, selama dua musim Haji, (penjelasan ini diambil dari buku pembaharuan dalam islam, penulis Harun Nasutiaon, yang diterbitkan di jakarta: bulan bintang, halaman 13-14) dan belajar kepada ulamak terkenal disana.
Guru Syeh Waliyulah al-Dahlawi yang paling penting adalah, al-Syaikh Abu Thohir Muhammad ibn Ibrohim al-Karuni, ia bersama gurunya menyelesaikan tela’ah hadis sepuas hatinya. Menurut banyak orang, pengaruh gurunya yang satu ini, hanya dapat dikalahkan oleh ayahnya sendri, yaitu: Syeh Abd al-Rahim, bersama Abu Thohir, Seh Waliyullah al-Dahlawi menyelesaikan telaahnya atas al-Kutub al-Sittah, dan juga al-Muaththok, Musnad Ahmad Ibnu Hambal, al-Risalah dan al-Jami’al-Kabir Karya Imam Syafi’, dan juga Musnad, Karnya al-Darimi,[4]
b)     Karya-karya.
Ad-Dahlawi merupakan pelajar yang cerdas dan ulet sehingga tak ayal syehnya di madinah mengatakan bahwa “dia (ad-Dahlawi) mengambil sanad dari lafadz dan saya hanya menbenarkan maknanya” bermodal kepintarannya semasa belajar lahirlah bermacam-macam karya dari tangan beliau yang menunjukkan betapa luas ilmu yang dikuasainya. Berikut nama-nama kitab berdasarkan disiplin ilmunya.
  Dalam bidang Ulum al-Qur`an:
1.      Fathu ar-Rahman fi tarjamah al-Quran dengan bahasa prancis
2.      Az-Zahrawin fi tafsir surah al-Baqarah wa al-Imran
3.      Al-fauzul Kabir fi ushul at-Tafsir. Menerangkan lima dasar al-quran dan ta’wil huruf muqatha’ah.
4.      Ta`wil al-ahadits. Berbicara tentang kisah para nabi dan menerangkan dasar diutusnya bersama kehidupan sebelum kenabian bersama kabilah kaumnya, dan juga memaparkan hikmah ilahiyah di zaman mereka.
5.      Al-fath al-Khabir. Sama dengan bagian kelima dari kitab al-fauzul Kabir fi ushul at-Tafsir dengan menitik beratkan kepada gharib al-Qur`an dan tafsirnya yang diriwayatkan dari Abdullah ibn Abbas R.A.
6.      Qawanin at-Tarjamah. Menjelaskan metode terjemah al-Quran serta solusi problematika didalamnya.
  Dalam bidang Hadits wa Ulumihi:
1.      Al-Musthafa syarh al-Muwatha`
2.      Al-Maswa syarh al-Muwatha` ditulis dengan bahasa arab dengan disertai perbedaan madzhab dan penjelasan lafadz-lafadz yang gharib
3.      Syarh tarajim abwab al-bukhari
4.      An-nawadir min ahadits sayyid al-awail wa al-akhirin
5.      Arbain. Kumpulan empat puluh hadits yang diriwayatkan dari gurunya abi thahir dengan sanad yang muttashil kepada ali bin abi thalib, R.A.
6.      Ad-dar ats-tsamin fi mubasyarat an-nabi al-amien
7.      Al-irsyad ila muhimmat al-isnad
8.      Risalah basyithah fi al-asanid. Ditulis dengan bahasa prancis.
  Dalam bidang ushul ad-Din:
1.      Hujjatullah al-Balighah. Kitab yang membahas ilmu asrar asy-syariah dan hukumnya.
2.      Izalah al-khafa` an khilafah al-khulafa`. Dalam bahasa arab.
3.      Husn al-Aqidah.
4.      Al-Inshaf fi bayan asbab al-Ikhtilaf.
5.      Aqd al-Jayyid fi ahkam al-ijtihad wa at-Taqlid.
6.      Al-budur al-Bazighah.
7.      Al-muqaddimat as-sunniyah fi intishar al-Firqah sunniyah.
  Bidang Ilmu Hakikat dan Behaviourisme:
1.      Al-maktub al-Madani.
2.      Althaf al-Quds fi abayan lathaif an-Nafs.
3.      Al-Qawl al-Jamil fi Bayan sawa`i as-Sabil.
4.      Al-Intibah fi Salasil Awliya`Illah.
5.      Hama’at.
6.      Lama’at.
7.      Satha’at.
8.      Hawami’. Syarah Hizb al-Bahr.
9.      Syifa` al-Qulub.
10.  Khair al-Katsir.
11.  At-Tafhimat. Al-Ilahiyah.
12.  Fuyud al-haramain.
  Bidang sejarah dan sastra:
1.      Surur al-Mahzun. Dalam bahasa prancis. Ringkasa kitab Nur al-Uyun fi talkhis sir al-amien wa al-Ma`mun.
2.      Anfas al-Arifin. Kitab yang berisi biografi sesepuh beliau dan pembesar keluarganya.
3.      Insan al-ain fi Masyayikh al-Haramain.
4.      Diwan asy-syi’ri al-Arabi.[5]
c)      Pemikirannya.
al-Dahlawi telah menghasilkan banyak kitab, diantaranya al-fauz al-kabir fi ushul at-tafsir, yang berisi metodologi tafsir dan tafsiran baru yang disesuaikan dengan zaman, termasuk didalamnya ide tentang asbab an-nuzul makro. Gagasan-gagasan beliau oleh Pemikir Islam terutama di India. Pujian terhadap ad-Dahlawi diantaranya diungkapkan oleh Muhammad Iqbal, seorang pujangga dan penyair Islam dari Pakistan, “Syaih Waliyullah ad-Dahlawi adalah ulama besar terakhir”. Sepeninggal ad-Dahlawi, gagasan pembaharuannya dilanjutkan dan dikembangkan oleh Pemimpin gerakan pembaharuan Islam di India, seperti Syaih Abdul Azizi (putranya) Sayid Ahmad Sahid, Syaih Ismail (cucu), Sayid Syarifatullah, Shidiq Khan, dan lain sebagainya.
Pengertian Asbab an-Nuzul Makro
Ide asbab an-nuzul makro diperkenalkan oleh asy-Syatibi dalam kitab al-muwafaqat fi ushul asy-syariáh, yang mendefinisikan asbab an-nuzul sebagai situasi dan kondisi yang melingkupi orang yang mengajak bicara, orang yang diajak bicara dan pembicaraanya.[6] Ide tersebut dikembangkan oleh Syaih Waliyullah ad-Dahlawi yang menganggap usaha ulama dalam mengumpulkan riwayat asbab an-nuzul mengada-ada. Tujuan pokok diturunkannya al-Qur’an adalah untuk mendidik jiwa manusia dan memberantas kepercayaan yang keliru dan perbuatan jahat lainnya. Tema-tema dalam al-Qur’an menurut ad-Dahlawi – sebagaimana dikutip Hamim Ilyas – menunjuk pada lima pengetahuan, yaitu:
1.      Pengetahuan mengenai hukum ibadah, muámalah, dan lain-lain (ilm al-ahkam).
2.      Pengetahuan mengenai bantahan terhadap empat kelompok sesat; Yahudi, Nasrani, munafik dan musrik (ilm al-mukhasamat).
3.      Pengetahuan mengenai peringatan akan nikmat-nikmat Allah (ilm at-tadkir bi ni’mat Allah).
4.      Pengetahuan mengenai peringatan akan hari-hari Allah (ilm at-tadkir bi ayyam Allah).
5.      Pengetahuan mengenai peringatan akan kematian dan masa sesudahnya (ilm at-tadkir bi al-maut wa ma ba’da).[7]
Menurut Syeikh Waliyullah al-Dahlawi Manusia mempunya tiga perangkat ruhani dengan sifat-sifatnta yang khas, yaitu: Pertama adalah العقل, akal adalah perangkat yang mampu menangkap hal-hal yang tidak dapat ditangkap oleh indra, akallah yang mampu menciptakan khayalan, dan mampu mewujudkan pertimbangan yang dapat memerintah terhadap jasmani dan ruhani serta mampu menciptakan perenungan yang baik. Kedua adalah القلب, hati adalah perangkap yang mampu menangkap dan mempertimbangkan sifat-sifat yang menonjol dalam dri manusia, yaitu berupa Kasih sayang, Cinta, Ridha, Marah, Benci, Kikir. Cinta pangkat dan harta, hati juga dapat menghentikan baik buruknya manusia. Ketiga adalah النفس, nafsu adalah merupakan prangkat ruhani yang mampu menimbulkan rangsangan-rangsangan melalui kebutuhan perut dan seksual.
Selain itu juga pendapat Syeikh Waliyullah Mengenai penyangga ihsan dalam kehidupan seseorang muslim. Pertama النظافة (kebersihan), adalah Untuk membersihkan manusia dapat dilakukan dengan wudhu, dan mandi sebagai mana yang diperintahkan dalam agama islam, namun kebersihan ruhani dari segala kotoran yang dapat mengakibatkan dosa. Kedua أقم الصلاة(Mendirikan sholat), dengan mendrikan sholat seseorang selalu dapat mendapat lindungan dari Allah SWT,  dan juga didalam sholat juga terwujud zikir yang mendalam, dan do’a intensif dalam kehadiran ruhani dan jasmani serentak. Ketiga تطبيق كريم (berlaku murah hati), sifat murah hati ini yang terdapat dalam dri manusia dapat mengatasi segala nafsu serakah yang mengancam kebersihan ruhani. Keempat ينصف (berbuat adil) berbuat adil disini mengarah untuk umun, dri sendri, keluarga dan kepada semua mahluk, dan ini merupakan ajaran pokok agama islam.[8]

C.    Kesimpulan
Jadi pengetahuan tentang asbab an-nuzul mikro sebagaimana banyak dikaji oleh ulama terdahulu harus ditopang dengan asbab an-nuzul makro agar al-Qur’an sebagai petunjuk dan pedoman hidup bagi umat manusia dapat terus hidup. Asbab an-nuzul dapat diketahui dengan periwayatan hadis dan ijtihad. Kegunaan asbab an-nuzul antara lain untuk untuk menjelaskan hikmah pentasyrián hukum, mentakhsiskan hukum, jalan terbaik memahami al-Qur’an dan mengetahui sebab-sebab turunnya al-Qur’an. Penerapan asbab an-nuzul dalam penafsiran al-Qur’an sangat terbatas dan kasusitik, sehingga asbab an-nuzul hanyalah pelengkap penafsiran. Hal ini disebabkan asbab an-nuzul tidak dipahami secara mikro dan makro, serta "kegemaran" untuk berpegang pada keumuman kata.[9]
Jadi menurut Syeikh Waliyullah al-Dahlawi Manusia mempunya tiga perangkat ruhani dengan sifat-sifatnta yang khas, dimana kami sudah kemukakan diatas, Selain itu juga pendapat Syeikh Waliyullah Mengenai penyangga ihsan dalam kehidupan seseorang muslim. Yaitu: Membersihkan manusia dapat dilakukan dengan uduhu, dan kalau masalah ruhani dengan melaksnakan sholat, dan lain sebagainya yang sudah kami siggung juga.
D.    Daftar Pustaka
Ø  Laporan Penelitian Kolektif, Buku Ajar Tasawuf Pasca Ibnu Arabi, Oleh Dr.Hj. Sri Mulyati, MA. Dan Dra. Wiwi Siti Sajaroh, M.Ag.
Ø  Harun Nasution, Ensiklopedia Islam, III (DEPAG: Jakarta , 1988)
Ø  Muhamad Abdul Mujib, Ahmad Ismail dan Syafi’ah, Ensiklopedia Tasawuf Imam al-Gazali, Penerbit Hikmah jakarta 2009
Caver
SYEKH WALIYULLAH AD-DAHLAWI

MAKALAH
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kulliah
Tasawuf Pasca Ibn’Arabi


Oleh:
Amirul Muttaqin
1110033100056





JURUSAN AQIDAH FILSAFAT
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF
HIDAYATULLAH
JAKARTA
2012 M



[1].Ahli Fiqih (al-faqih)
[2].Laporan Penelitian Kolektif, Buku Ajar Tasawuf Pasca Ibnu Arabi, Oleh Dr.Hj. Sri Mulyati, MA. Dan Dra. Wiwi Siti Sajaroh, M.Ag. hal 126
[3].Harun Nasution, Ensiklopedia Islam, III (DEPAG: Jakarta , 1988) hlm. 911-915.
[4]. Laporan Penelitian Kolektif, Buku Ajar Tasawuf Pasca Ibnu Arabi, Oleh Dr.Hj. Sri Mulyati, MA. Dan Dra. Wiwi Siti Sajaroh, M.Ag. hal 125-126
[5].http://bayuagustiar.blogspot.com/2011/07/syekh-waliyullah-ad-dahlawi.html
[6]Hamim Ilyas, Asbab an-Nuzul Dalam Studi Al-Qurán, dalam Yudian W. Asmin (ed.), Kajian Tentang Al-Qurán dan Hadis : Mengantar Purna Tugas Prof. Drs. H.M. Husein Yusuf (Yogyakarta: Forum Studi Hukum Islam Fakultas Syariáh IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 1994), hlm. 73.
[7] http://bayuagustiar.blogspot.com/2011/07/syekh-waliyullah-ad-dahlawi.html
[8] Muhamad Abdul Mujib, Ahmad Ismail dan Syafi’ah, Ensiklopedia Tasawuf Imam al-Gazali, Penerbit Hikmah jakarta 2009, hal 88-89

Tidak ada komentar:

Posting Komentar