A.
Pendahuluan
Sejarah telah mencatat, bahwa
perselisihan serta perbedaan aqidah di kalangan kaum muslimin yang pada
akhirnya menimbulkan firqah-firqah, atau golongan-golongan atau aliran-aliran adalah bermula dari persoalan-persoalan
politik pasca wafatnya nabi Muhammad SAW, dan puncaknya terjadi pada masa
khalifah Ali bin Abi Thalib pada tahun 661 M.[1]Dimana
pengangkatan Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah ini banyak mendapat tantangan
dari pemuka-pemuka yang berambisi menjadi khalifah, diantaranya adalah
Thalhah bin Zubair dan Muawiyah.
Thalhah bin Zubair dan Muawiyah.
Dalam hal ini Penulis akan membahas pemahaman
dari berbagai faham aliran Mengenai “Surga dan neraka” akan tetapi penulis akan fokus pada
perbandinngan baik dari aliran Mu’tazilah, Asy’ariah dan al-Maturidiah da juga
dari aliran Qodariah, dalam hal ini kami akan memcoba membandingkan bagai mana
pendapat-pendapat mereka mengenai “Surga dan Neraka”.
B.
Pembahasan
Pendapat-pendapat “surga dan neraka”
menurut pandangan dari berbagai aliran.
a.
Mu’tazilah
Mu’tazilah adalah suatu aliran yang dipimpin oleh Wasil bin
Atho’. Beliau
itu asalnya murid dari Hasan Basri (tokoh ahli sunnah wal jama’ah). Setelah
dirasa tidak cocok, maka Wasil bin Atho’ keluar dari Ahli sunnah dan mendirikan
partai sendiri yang dinamakan aliran Mu’tazilah. Mu’tazilah artinya; orang
yang menyendiri, Maksudnya
menyendiri dari aliran ahlu sunnah wal jama’ah.
Dan aliran ini adalah aliran yang lebih menonjolkan akal
fikir daripada wahyu ilahi. Atau aliran yang mendahulukan akal fikir kemudian
diikuti oleh wahyu ilahi.
Jadi prinsip aliran ini bertolak belakang dengan prinsipnya
ahli sunnah wal jama’ah. Kalau aliran ahli sunnah wal jama’ah itu lebih
mendahulukan wahyu, sedangkan akal fikir belakangan.
Jadi faham Mu’tazilah mengenai Surga
dan Neraka,
menurut aliran ini mengenai Surga
dan Neraka sekarang ini aliran itu mengatakan
belum ada, hanya diberitakan saja. Dan adanya itu nanti setelah hari kiamat.
Adapun alasannya juga dari Alqur-an :
@ä. ô`tB $pkön=tæ 5b$sù ÇËÏÈ 4s+ö7tur çmô_ur y7În/u rè È@»n=pgø:$# ÏQ#tø.M}$#ur ÇËÐÈ
Semua
yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai
kebesaran dan kemuliaan.
(Arrohman
ayat 26-27)
“Segala sesuatu
(manusia) yang diatas bumi akan rusak, hancur (fana’) Dan yang tetap hanya Tuhanmu
yang mempunyai kebesaran dan kemulyaan”
Ayat ini menerangkan
tentang undang-undang qiamat, bahwa pada waktu qiamat nanti semua langit dan
bumi dan apa saja yang ada didalamnya akan hancur. Kecuali yang tidak hancur
hanyalah Alloh sendiri.
Bukankah
dalam Alqur-an ada ayat yang menerangkan: كل شي هالك الا وجه “Tiap-tiap
segala sesuatu rusak, kecuali Dzat Alloh”.
Dengan dasar
ini maka bila surga dan neraka sekarang ini sudah ada (berarti belum dimasuki
oleh manusia), sudah dihancurkan lagi. Ini mustahil, belum ditempati sudah
dihancurkan lagi. Terlebih lagi, manusia yang masuk surga dan neraka itukan
setelah qiamat.
Karena itu maka mereka
berpendapat bahwa surga dan neraka sekarang ini belum diciptakan dan
diciptakannya itu setelah hari qiamat.
Dan bila
diciptakan setelah hari qiamat (sudah tidak ada kehancuran lagi), ini sesuai
dengan sifatnya surga dan neraka, yakni kekal. خالدين فيها
Tapi kalau dibangun sebelum
qiamat, maka pada hari kiamat nanti akan hancur.. Dan bila hancur berarti surga
dan neraka tidak kekal, tidak.[2] خالدين
فيها
Mengenai
Ajaran Mu’tazilah yang ketiga (Al-wa’d wa al- waid) ini sesuai denga
keadilan, jelasnya siapa yang berbuat baik akan dibalas dengan baik, sebaliknya
masalah keburukan dibalas dengan keburukan, selain memenui jajinya yaitu
memberi pahala bagi orang yang taat dan menyeksa bagi orang yang berbuat
maksiat kecuali bagi orang yang bertaubat. Mangkanya dari itu tidak ada harapan
bagi pendurhaka kecuali ia taubat, oleh karena itu kedurhakaan yang
meneyebabkan pelakunya masuk neraka adalah kejahatan yang termasuk dosa besar,
sedangkan terhadap dosa kecil tuhan mungkin mengampuninya.[3]
b.
Asy’ariah
Jika disebut paham
Asy'ari, kita maksudkan keseluruhan penjabaran simpul ('aqidah) atau
simpul-simpul('aqa'id) kepercayaan Islam dalam Ilmu Kalam yang bertitik tolak
dari rintisan seorang tokoh besar pemikir Islam, Abu al-Hasan 'Ali
al-Asy'ari dari Basrah, Iraq, yang lahir pada (260 H./873 M). dan wafat pada (324H./935 M). Jadi dia tampil
sekitar satu abad setelah Imam al-Syafi'i (wafat pada 204 H./819 M.).
Menurut Asy’ari, seorang muslim yang
melakukan perbuatan dosa besar dan meninggal dunia sebelum sempat bertaubat,
tetap dihukumi mukmin, tidak kafir, tidak pula berada diantara mukmin dan
kafir, dan di akhirat terserah Allah SWT dengan beberapa kemungkinan:
1) Ia mendapat ampunan dari Allah dengan rahmat-Nya sehingga
pelaku dosa besar tersebut memasukkannya kedalam surga.
2) Ia mendapat syafaat dari Nabi Muhammad SAW sesuai dengan sabda
beliau:“Syafaatku adalah untuk umatku yang melakukan dosa besar”
3) Allah memberikan hukuman kepadanya dengan dimasukkan kedalam
siksa neraka sesuai dengan dosa besar yang dilakukannya, kemudian dia
memasukkannya ke surga.[4]
Tentang janji dan ancaman Menurut aliran ini
bahwa al-Quran menegaskan, siapa yang berbuat baik makan dia akan masuk surga,
dan siapa yang berbuat jahat maka akan masuk neraka, untuk menegasi persoaln
ini kalimat Arab, Man Alazna dan sebagaiya yang menggambarkan arti
siapa, oleh aliran ini diberi interpretsi “bukan semua orang tetapi
sebagian” disubutkan dalam Surah Al-luma’. Ayat 77, “Disebut
sebutkan dalam Al-Nisak, ayat 10,
¨bÎ) tûïÏ%©!$# tbqè=à2ù't tAºuqøBr& 4yJ»tGuø9$# $¸Jù=àß $yJ¯RÎ) tbqè=à2ù't Îû öNÎgÏRqäÜç/ #Y$tR ( cöqn=óÁuyur #ZÏèy ÇÊÉÈ
Sesungguhnya orang-orang yang
memakan harta anak yatim secara zalim, sebenarnya mereka itu menelan api
sepenuh perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala
(neraka).
Aliran Asy’ariah memahami ayat ini bukan semua orang melainkan hanya sebagian
saja, dengan kata lain yang diancam akan mendapatkan hukuman bukan semua orang
tetapi hanya sebagian orang yang menelan harta anak yatim piatu, yang sebagian
akan terlepas dari ancaman dengan dasar kekuasaan dan kehendak mutlak tuhan,
dengan inerpretasi ini Asy’ari mengatasai persoalan wajibnya tuhan menempati
janji dan menjalankan ancaman.[5]
c.
Maturidiah
Golongan bukhara dalam hal Surga dan Neraka, tidak sepaham dengan pemahaman dengan aliram
Asy’ari, dalam pendapat mereka, seperti dijelaskan oleh al-bazdawi, tidak
mungkin tuhan melanggar janjinya untuk memberi upah dengan orang yang berbuat
baik, tetapi sebaliknya bukan tidak mungkin tuhan membatalkan ancaman untuk
memberi hukuman kepada orang yang berbuat jahat, oleh karena itu nasib orang
yang berbuat dosa besar ditentukan oleh kehendak mutlak tuhan, jika tuhan
berkehendak untuk memberi ampun kepada orang yang berbuat dosa besar tuhan
tidak akan memasukkan kedalam neraka, tetapi kedalam surga;[6]
d.
Ahlus sunah Waljamaah
Ø Ahlus Sunah Mengimani
Adanya Surga dan Neraka
Sesungguhnya Surga dan Neraka sudah diciptakan oleh Allah Azza wa
Jalla. Keduanya adalah makhluk yang kekal abadi tidak akan binasa. Surga
disediakan bagi wali-wali Allah yang ber-takwa sedangkan Neraka adalah hukuman
bagi orang yang bermaksiat kepada-Nya kecuali yang mendapatkan rahmat-Nya.
Kenikmatan Surga tidak dapat dibayangkan oleh manusia, begitu pula siksa Neraka
merupakan siksa yang besar, sangat dahsyat dan sangat mengerikan. Ahlus Sunnah
wal Jama’ah telah sepakat bahwa Surga dan Neraka adalah makhluk Allah yang
sudah di-ciptakan. Kemudian timbul firqah Mu’tazilah dan Qadariyah yang
mengingkari pendapat itu. Mereka berpendapat bahwa keduanya (Surga dan Neraka)
akan diciptakan Allah pada hari Kiamat nanti. Pendapat tersebut jelas sesat karena
mengingkari dalil-dalil yang sudah jelas.[7]
Ayat-ayat Al-Qur-an dan hadits-hadits Nabi Shallallahu 'alaihi wa
sallam menjelaskan bahwa Surga telah disediakan untuk orang-orang yang bertakwa
أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِيْنَ dan Neraka telah disediakan untuk orang-orang
kafir أُعِدَّتْ لِلْكَافِرِيْنَ . Ini menunjukkan bahwa Surga dan Neraka
sudah diciptakan.
Menurut ahli
sunnah wal jama’ah yang
dihancurkan pada hari kiamat nanti itu hanyalah langit dan bumi, sedangkan
surga dan neraka tidak ikut hancur, surga dan neraka tidak terkena
undang-undang qiamat.[8]
Surga dan
neraka sekarang ini sudah ada, dasarnya: karena diterangkan dengan kalimat اُعدًد (Telah
disediakan). Disediakan untuk orang-orang yang
bertaqwa. Dan disitu kalimatnya diterangkan dalam bentuk fi’il madli(artinya sudah disediakan), Maka
tentunya surga dan neraka sekarang ini sudah ada. Kalau memang surga dan neraka
sekarang ini belum ada mestinya tidak diterangkan “sudah disiapkan”. Dengan adanya
keterangan “sudah
disiapkan”, berarti sudah ada. Yng mana disebutkan dalm al-Qur’an.
(#þqããÍ$yur 4n<Î) ;otÏÿøótB `ÏiB öNà6În/§ >p¨Yy_ur $ygàÊótã ßNºuq»yJ¡¡9$# ÞÚöF{$#ur ôN£Ïãé& tûüÉ)GßJù=Ï9 ÇÊÌÌÈ
Dan
bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya
seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa,[9]
Dan
juga firman Allah dalam surah Ali imran ayat 131 Mengunakan kalimat اُعدًد (Telah disediakan). Disediakan
untuk orang-orang yang kafir. Dan
disitu kalimatnya diterangkan dalam bentuk fi’il madli(artinya sudah
disediakan), Maka tentunya
surga dan neraka sekarang ini sudah ada. Kalau memang surga dan neraka sekarang
ini belum ada mestinya tidak diterangkan اُعدًد “sudah disiapkan”. Dengan adanya
keterangan, “sudah
disiapkan”, berarti sudah ada.
(#qà)¨?$#ur u$¨Z9$# ûÓÉL©9$# ôN£Ïãé& tûïÌÏÿ»s3ù=Ï9 ÇÊÌÊÈ
Dan peliharalah dirimu dari api
neraka, yang disediakan untuk orang-orang yang kafir.[10]
e.
Qodariah
Kemudian timbul firqah Mu’tazilah
dan Qadariyah yang mengingkari pendapat itu. Mereka berpendapat bahwa keduanya
(Surga dan Neraka) akan diciptakan Allah pada hari Kiamat nanti
C.
Kesimpulan
Dari pembahasan yang menyangkut pemahaman antara Mu’tazzilah, ahlis sunah dan Asy’ariyah di
atas, maka dapatlah ditarik beberapa garis besar sebagai berikut: Jadi
Pendapat-pendapat mereka mengenai tentang, surga dan neraka itu Mu’tazilah
mengatakan bahwa surga dan neraka itu masih blum dijadikan sesuai dengan
firmana Allah dalam al-Qur’a dalm surah Arrohman ayat 26-27, yang berbunyi “Semua yang ada di bumi itu akan binasa.
Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan”.
Kemudia faham Ahlis sunnah
bahwa surga dan neraka itu sudah dijadikan dengan alasan bahwa Allah telah
berfiman dam surah ali imran ayat 133 “Dan bersegeralah kamu kepada
ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang
disediakan untuk orang-orang yang bertakwa”, nah disini allah menggunakan “disediakan” jadi surga dan neraka it sudah disediakan,
Mu’tazilah Asy’ariah Maturdi Salafiah
Quraan Quraan Quraan Quraan
H, tawatir H, tawatir H, tawatir H,
tawatir
Akal H, Mashur H,
Mashur H, Mshur
Akal H, ahad H,
ahad H, ahad
Akal akal akal akal
D.
Daftar pustaka
ü Prof. Dr. Abdul Rozak, M.Ag dan Prof. Dr. Rosihan Anwar,
M.Ag, Ilmu kalam Untuk UIN, Stain, Ptais.
ü Harun Nasution, Teologi
Islam, Aliran-aliran Sejarah Analisa Perbandingan, UI Press, 1986.
ü Harun Nasotion Teologi islam aliran-aliran
sejarah analisa perbandingan Cetakan 2010, UI Press, 1986.
SURGA DAN NERAKA
MAKALAH
Disusun untuk
Memenuhi Tugas Mata Kulliah
Perbandingan Ilmu Kalam
Oleh:
Amirul
Muttaqin
1110033100056
Affa Turrozanah
1110033100053
JURUSAN AQIDAH FILSAFAT
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM
NEGERI (UIN) SYARIF
HIDAYATULLAH
JAKARTA
2012 M
[1] Harun Nasution,
Teologi
Islam, Aliran-aliran Sejarah Analisa Perbandingan, UI Press, 1986,
hal. 4.
[2] http://jalanpincang.wordpress.com/2011/06/01/surga-%E2%80%93-sudah-ada-belum-ya
[3] Prof. Dr. Abdul Rozak, M.Ag dan Prof. Dr. Rosihan
Anwar, M.Ag, Ilmu kalam Untuk UIN, Stain, Ptais hal 85
[4] http://ryanfadhilah.blogspot.com/2012/04/mazhab-asyariyah.html.
[5] Harun Nasotion Teologi islam
aliran-aliran sejarah analisa perbandingan hal 133
[6] Harun Nasotion Teologi islam
aliran-aliran sejarah analisa perbandingan hal 133
Tahqiq
dan takhrij Syaikh al-Albani dan Syarah kitab Lum’atil I’tiqaad, hal. 131-133, oleh Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin.
[8] http://almanhaj.or.id/content/3186/slash/0.
blognya siiiip ,,,,isinya juga patut di apresiasi
BalasHapus