A.
Pendahuluan
Wisistadwaita adalah salah satu filsafat Wedanta yang berarti akhir
dari Weda yaitu filsafat yang terdapat dalam Upanisad, yang mengembangkan ajaran dari Upanisad. Subjek dari Wedanta
yaitu pengetahuan tentang Brahman,[1] Filsafat
Wedanta ini muncul pada Zaman Skholastik.
Filsafat Wedanta terbagi menjadi tiga kelompok yakni: pertama Adwaita yang berarti non dualisme, “Kedua Wisistadwaita”
yang berarti non dualisme sempurna, dan yang Ketiga adalah Dwaita yang berarti dualisme.
Yang
akan kita bahas dalam makalah ini yaitu “aliran
Wisitadwaita”, bagaimana menyempurnakan non Dualisme dari ajaran sebelumnya,
Adwaita.
Sebelum kita masuk kepada pembahasan Wisistadwaita kita harus
terlebih dahulu tahu apa itu Brahman, Atman dan Tuhan.
v Brahman
Mengutip dari buku Bansi Pandit yang berjudul Pemikiran Hindu, bahwa pengertian Brahman dapat dilihat dari dua aspek: yang
pertama, bersifat Transendental (imperson) dalam aspek ini kenyataan itu
disebut Nirguna Brahman yakni tanpa
sifat, ini diterima sebagai sesuatu yang satu dan tidak berbeda, yang tetap
statis dan dinamis yang merupakan prinsip mutlak yang menggarisbawahi jagat raya
ini. Yang kedua, yaitu tetap ada (persona) yakni keberadaan yang mutlak,
pengetahuan yang absolut, dan kebahagiaan yang absolut.[2]
v Tuhan.
Pembahasan tentang Tuhan dalam agama Hindu, yaitu kenyataan yang
disebut Saguna Brahman
yakni Brahman yang dengan sifatnya. Saguna Brahman adalah personal Tuhan, Pencipta, Pemelihara, dan
Pengendali jagat raya. Dalam agama Hindu, aspek personal dipuja dalam bentuk
pria dan wanita, aspek Tuhan yang personal dalam agama Hindu sama halnya dengan
aspek ke-Tuhanan dalam agama Kristen, namun perbedaannya Tuhan dalam agama
Hindu bukanlah pencipta dari jiwa manusia (atman). Namun dalam agama Kristen
Tuhan adalah pencipta dari jiwa manusia.
v Atman
Ataman adalah inti sari yang terdapat dalam diri seseorang, Atman
bersifat murni, suci, abadi, sempurna, ada dimana-mana, Maha Kuasa, dan Maha
Tahu. Dalam bahasa Sanskerta Atman adalah jiwa, dalam pandangan Barat Atman
juga dikatakan jiwa (Atman/manas) yakni pikiran, kecerdasan, dan ego. Pandangan
ini berbeda dengan perspektif dalam agama Hindu, dalam pandangannya pikiran,
kecerdasan, dan ego muncul dalam Atman dalam tubuh fisik, Atman dikatakan juga
sebagai jiwa.[3]
B.
Pembahasan
Berawal dari persoalan dalam Upanisad yang menjelaskan bahwa Brahman
sama sekaligus berbeda dengan jiwa dan dunia, munculah tiga aliran,
salah satunya Wisistadwaita, yang
akan menyempurnakan non dualisme Adwaita
yang membedakan antara Nirguna dan Saguna Brahman.
a)
Sejarah
Pendiri
filsafat Wisistadwaita adalah Sri Ramanuja,
disebut filsafat Wisistadwaita karena penanaman pengertian adwaita
atau kesatuan dengan Brahman, dengan wisesa atau atribut. Sehingga dianggap
sebagai filsafat monisme terbatas. Hanya Brahman yang ada, sedangkan yang
lainnya merupakan perwujudan atau atributnya, Dia
merupakan satu keseluruhan yang komplek walau kenyataannya satu. Apabila Sri
Sankara menganggap bahwa segala bentuk perwujudan dianggap tidak nyata dan
sementara, sifatnya hanyalah hasil dari awidya atau kegelapan, maka
menurut Sri Ramanuja atribut itu nyata dan tetap, namun bergantung pada
pengendalian satu Brahman.[4]
b)
Pemikiran
·
Brahman
Cara Ramanuja
menjelaskan pandangannya tentang Brahman adalah dengan mempergunakan cara orang
memakai bahasa pada umumnya, seperti yang sering kita temukan dalam percakapan
sehari-hari. Kita sering mengidentikkan hal-hal yang sebenaranya berbeda,
misalnya kita berkata: Mawar adalah merah. Mawar adalah sebuah subtansi,
sedangkan merah adalah suatu sifat. Jadi keduanya tidak sama, tapi kita sering
menguraikannya seolah-olah keduanya adalah sama[5].
Hubungan yang terdapat pada contoh di atas hanya dapat dikenakan pada substansi
dan sifat (mawar dan merah).
Di sini salah satu
dari kedua unsur dalam contoh tersebut tergantung kepada yang lain artinya:
yang satu tidak dapat berada tanpa yang lain (merah tidak dapat berada tanpa
mawar). Keduanya memiliki hubungan yang tidak dapat dipisahkan. Hubungan inilah
yang menghubungkan antara Brahman dengan jiwa, dan Brahman dengan dunia,
hubungan antara dua substansi.Brahman adalah jiwa dunia, yang sekaligus menjiwai
jiwa manusia.Ketiganya dapat digambarkan sebagai dua lingkaran yang berpusat
satu.Pusatnya adalah Brahman, sedang jiwa adalah lingkaran yang kecil, dan
dunia adalah lingkaran yang lebih besar, yang berada di luar. Jikalau demikian
maka dapat dikatakan bahwa ketiganya, Brahman, jiwa, dan dunia adalah sama-sama
nyata (riil), namun, tidak sama, tidak identik, tidak berada pada dataran yang
sama, seperti halnya dengan jiwa dan tubuh pada manusia adalah sama-sama
nyata(riil), namun tidak identik.
·
Jiwa
Mengenai jiwa,
diajarkan bahwa jiwa berbeda dengan Tuhan. Sekalipun tidak bebas dari pada-Nya.
Jiwa disebut prakara Tuhan, artinya jiwa turut membantu Tuhan. Jiwa berbentuk
atom yang bilangannya banyak sekali. Apabila Tuhan berhakekatkan intelegensi
atau akal, maka jiwa berhakekatkan perasaan yang dapat mengetahui segala
sesuatu sekalipun dalam jarak yang jauh.[6]
·
Benda
Adapun tentang
benda, Ramanuja mengajarkan bahwa benda (prakrti) tidak tergantung dari roh
atau jiwa untuk berkembang. Dan ketiga guna yang ada pada benda yaitu sattwa, rajas, dan tammas, mewujudkan
sifat-sifat benda, bukan daya atau tenaga yang ada pada benda seperti yang
diajarkan pada Sankhya. Meskipun benda
tidak bergantung pada roh atau jiwa dalam perkembangannya, namun menurut
Ramanuja, benda tidak bebas dari Tuhan. Benda berfungsi sebagai tubuh Tuhan
atau sebagai pakaian Tuhan bersama-sama dengan jiwa atau roh. Dari benda
inilahberkembang seluruh dunia dengan segala isinya, bukan karena dirinya
sendiri, melainkan dibawah pimpinan Tuhan. Hubungan antara benda dengan dunia
tidak sama dengan hubungan antara jiwa dengan dunia, sebab hubungan antara
benda dengan dunia bersifat tidak dapat dipisahkan seperti halnya dengan
hubungan Tuhan disatu pihak dengan jiwa dan di lain pihak dengan benda.
·
Sifat
Mengenai sifat
ramanuja menjelaskan bahwa sifat adalah apa saja yang memiliki keharusan
bergantung pada substansi. Ramanuja mengatakan bahwa ada sepuluh sifat, yaitu:
a.
5 kualitas indrani seperti raba, warna, suara,
rasa, dan bau
b.
3 guna yang memberi kualitas kepada benda,
yaitu satwa, rajas, dan tamas
c.
Penggabungan
d.
Potensi atau daya
yang menyebabkan akibat
·
Epistimologi
Mengenai alat pengetahuan atau pramana Ramanuja membagi kedalam tiga
macam pengetahuan, yaitu: pegamatan, penyimpulan dan kesaksian (sabda). Mengenai kesaksian (sabda)
dikatakan, bahwa kedua bagian kitab Weda, yaitu kitab Brahmana, dan Upanisad,
sama pentingnya, sebab Brahmana menghubungkan manusia dengan upacara keagamaan
dengan caranya memuja, sedang upanisad menghubungkan manusi dengan obyek
keagamaan, yaitu Brahman dengan sasaran pemujaan, maka kedua bagian weda
itusebenarnya tidak lain adalah penjelmaan dari satu ajaran. Perbedaannya hanya
terdapat pada bahan yang diperbicarakan.
·
Tujuan Hidup
Manusia
Menurut Ramanuja,
tujuan hidup manusia adalah mencapai alam Narayana, untuk menikmati
kebebasan dan kebahagiaan yang sempurna. Ada dua jalan untuk tujuan itu, yakni:
dengan prapatti (penyerahan secara
mutlak), dan dengan bhakti atau ibadat. Yang
dimaksud dengan prapatti ialah bahwa orang
harus lari kepada Tuhan, sebgai satu-ssatunya tempat berlindung.
Jalan prapartti
terbuka bagi setiap orang dari kasta apa pun, tanpa pembedaan. Cara menumpuh
prapartti ialah dengan mengambil keputusna mengikuti khendak Tuhan, tidak akan
menentang maksud-Nya, percaya bahwa Tuhan akan melepaskannya, hanya
mengharapkan pertolongan dari-Nya, dan menyerahkan rohnya kepada Tuhan dengan
lemah lembut.
C. Penutup
Inilah, yang bisa
penulis kemukakan pada tulisan yang sangat sederhana ini. Penulis yakin masih
banyak kekurangan-kekurangan dalam makalah ini akan tetapi alangkah bagusnya
kita saling mencari yang lebih baik dan belajar dari kesalahan. Dan harap
maklum.
Harapan penulis kepada yang membaca makalah ini, semoga
pembaca meniatkan semua kegiatannya ikhlas karena Allah SWT supaya
mendapat pahala dalam mencari ilmu ini. Penulis mohon do’a kepada pembaca
semua, semoga selalu bertambah ilmu setiap harinya dan lancar dalam segala
urusan serta dapat apa yang dicita-citakan. Amien ya rabbal alamin!
Akhir kata, dangan segala kekurangan dan kesalahan
penulis mintak maaf, beribu-beribu maaf, karena penulis hanyalah manusia biasa
yang ta’luput dari kesalahan, Semua yang
benar itu datang dari Allah dan yang salah itu datang-nya dari penulis
peribadi,
D. Daftar pustaka
Ø Dr, Harun Hadiwijono,sari filsafat india, Penerbit BPK Gunung mulnya
cetakan III
Ø Bansi Pandit, Pemikiran
Hindu: Pokok-Pokok Pikiran Agama Hindu dan Filsafatnya,
Pertanyaan Tentang Filsafat Wisistadwaita,
Filsafat India
1. Bagaimana Indeng dari filsafat india.?
2. 1. Perkataan Ramanuja, Kebebasan yang dimaksudkan Ramanuja itu sepert apa.2
Bagaimana cara mendapatkan kebebasab itu sendrri.?
3. Apa Arti dualsme yang sempurna.?
4. Tentang Jiwa, bagaimana jiwa bisa berbeda dengan tuhan. Dan tidak bebas
darinya.?
WISIDTADWAITA
Makalah
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah
Filsafat Cina dan India
Oleh
Amirul Muttaqin
1110033100056
Siti Basyirah
1110033100044
Diana Lastari
1110033100035
JURUSAN AQIDAH FILSAFAT
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM
NEGERI (UIN) SYARIF
HIDAYATULLAH
JAKARTA
2012 M
[1]
Bansi Pandit, Pemikiran Hindu:
Pokok-Pokok Pikiran Agama Hindu dan Filsafatnya, hlm. 59.
[2]
Bansi Pandit, Pemikiran Hindu:
Pokok-Pokok Pikiran Agama Hindu dan Filsafatnya, hlm. 40
[3] Bansi
Pandit, Pemikiran Hindu: Pokok-Pokok
Pikiran Agama Hindu dan Filsafatnya, hlm.41-42
[5] . Dr, Harun Hadiwijono,sari filsafat
india, Penerbit BPK Gunung mulnya cetakan III90
[6] Ibid, hlm 93.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar