Rabu, 30 Mei 2012

WISIDTADWAITA

A.    Pendahuluan
Wisistadwaita adalah salah satu filsafat Wedanta yang berarti akhir dari Weda yaitu filsafat yang terdapat dalam Upanisad, yang mengembangkan  ajaran dari Upanisad. Subjek dari Wedanta yaitu pengetahuan tentang Brahman,[1] Filsafat Wedanta ini muncul pada Zaman Skholastik.
Filsafat Wedanta terbagi menjadi tiga kelompok yakni:  pertama  Adwaita yang berarti non dualisme, Kedua Wisistadwaita yang berarti non dualisme sempurna, dan yang Ketiga adalah Dwaita yang berarti dualisme.

Yang akan kita bahas dalam makalah ini yaitu aliran Wisitadwaita, bagaimana menyempurnakan non Dualisme dari ajaran sebelumnya, Adwaita.
Sebelum kita masuk kepada pembahasan Wisistadwaita kita harus terlebih dahulu tahu apa itu Brahman, Atman dan Tuhan.
v  Brahman
Mengutip dari buku Bansi Pandit yang berjudul Pemikiran Hindu,  bahwa pengertian  Brahman dapat dilihat dari dua aspek: yang pertama, bersifat Transendental (imperson) dalam aspek ini kenyataan itu disebut Nirguna Brahman yakni tanpa sifat, ini diterima sebagai sesuatu yang satu dan tidak berbeda, yang tetap statis dan dinamis yang merupakan prinsip mutlak yang menggarisbawahi jagat raya ini. Yang kedua, yaitu tetap ada (persona) yakni keberadaan yang mutlak, pengetahuan yang absolut, dan kebahagiaan yang absolut.[2]
v  Tuhan.
Pembahasan tentang Tuhan dalam agama Hindu, yaitu kenyataan yang disebut Saguna  Brahman  yakni Brahman yang dengan sifatnya. Saguna Brahman adalah personal Tuhan, Pencipta, Pemelihara, dan Pengendali jagat raya. Dalam agama Hindu, aspek personal dipuja dalam bentuk pria dan wanita, aspek Tuhan yang personal dalam agama Hindu sama halnya dengan aspek ke-Tuhanan dalam agama Kristen, namun perbedaannya Tuhan dalam agama Hindu bukanlah pencipta dari jiwa manusia (atman). Namun dalam agama Kristen Tuhan adalah pencipta dari jiwa manusia.
v  Atman
Ataman adalah inti sari yang terdapat dalam diri seseorang, Atman bersifat murni, suci, abadi, sempurna, ada dimana-mana, Maha Kuasa, dan Maha Tahu. Dalam bahasa Sanskerta Atman adalah jiwa, dalam pandangan Barat Atman juga dikatakan jiwa (Atman/manas) yakni pikiran, kecerdasan, dan ego. Pandangan ini berbeda dengan perspektif dalam agama Hindu, dalam pandangannya pikiran, kecerdasan, dan ego muncul dalam Atman dalam tubuh fisik, Atman dikatakan juga sebagai jiwa.[3]
B.     Pembahasan
Berawal dari persoalan dalam Upanisad yang menjelaskan bahwa Brahman sama sekaligus berbeda dengan jiwa dan dunia, munculah tiga aliran, salah satunya Wisistadwaita, yang akan menyempurnakan non dualisme Adwaita yang membedakan antara Nirguna dan Saguna Brahman.
a)   Sejarah
Pendiri filsafat Wisistadwaita adalah Sri Ramanuja, disebut filsafat Wisistadwaita karena penanaman pengertian adwaita atau kesatuan dengan Brahman, dengan wisesa atau atribut. Sehingga dianggap sebagai filsafat monisme terbatas. Hanya Brahman yang ada, sedangkan yang lainnya merupakan perwujudan atau atributnya, Dia merupakan satu keseluruhan yang komplek walau kenyataannya satu. Apabila Sri Sankara menganggap bahwa segala bentuk perwujudan dianggap tidak nyata dan sementara, sifatnya hanyalah hasil dari awidya atau  kegelapan, maka menurut Sri Ramanuja atribut itu nyata dan tetap, namun bergantung pada pengendalian satu Brahman.[4]
b)     Pemikiran
·         Brahman
Cara Ramanuja menjelaskan pandangannya tentang Brahman adalah dengan mempergunakan cara orang memakai bahasa pada umumnya, seperti yang sering kita temukan dalam percakapan sehari-hari. Kita sering mengidentikkan hal-hal yang sebenaranya berbeda, misalnya kita berkata: Mawar adalah merah. Mawar adalah sebuah subtansi, sedangkan merah adalah suatu sifat. Jadi keduanya tidak sama, tapi kita sering menguraikannya seolah-olah keduanya adalah sama[5]. Hubungan yang terdapat pada contoh di atas hanya dapat dikenakan pada substansi dan sifat (mawar dan merah).
Di sini salah satu dari kedua unsur dalam contoh tersebut tergantung kepada yang lain artinya: yang satu tidak dapat berada tanpa yang lain (merah tidak dapat berada tanpa mawar). Keduanya memiliki hubungan yang tidak dapat dipisahkan. Hubungan inilah yang menghubungkan antara Brahman dengan jiwa, dan Brahman dengan dunia, hubungan antara dua substansi.Brahman adalah jiwa dunia, yang sekaligus menjiwai jiwa manusia.Ketiganya dapat digambarkan sebagai dua lingkaran yang berpusat satu.Pusatnya adalah Brahman, sedang jiwa adalah lingkaran yang kecil, dan dunia adalah lingkaran yang lebih besar, yang berada di luar. Jikalau demikian maka dapat dikatakan bahwa ketiganya, Brahman, jiwa, dan dunia adalah sama-sama nyata (riil), namun, tidak sama, tidak identik, tidak berada pada dataran yang sama, seperti halnya dengan jiwa dan tubuh pada manusia adalah sama-sama nyata(riil), namun tidak identik.
·         Jiwa
Mengenai jiwa, diajarkan bahwa jiwa berbeda dengan Tuhan. Sekalipun tidak bebas dari pada-Nya. Jiwa disebut prakara Tuhan, artinya jiwa turut membantu Tuhan. Jiwa berbentuk atom yang bilangannya banyak sekali. Apabila Tuhan berhakekatkan intelegensi atau akal, maka jiwa berhakekatkan perasaan yang dapat mengetahui segala sesuatu sekalipun dalam jarak yang jauh.[6]
·         Benda
Adapun tentang benda, Ramanuja mengajarkan bahwa benda (prakrti) tidak tergantung dari roh atau jiwa untuk berkembang. Dan ketiga guna yang ada pada benda yaitu sattwa, rajas, dan tammas, mewujudkan sifat-sifat benda, bukan daya atau tenaga yang ada pada benda seperti yang diajarkan pada Sankhya. Meskipun benda tidak bergantung pada roh atau jiwa dalam perkembangannya, namun menurut Ramanuja, benda tidak bebas dari Tuhan. Benda berfungsi sebagai tubuh Tuhan atau sebagai pakaian Tuhan bersama-sama dengan jiwa atau roh. Dari benda inilahberkembang seluruh dunia dengan segala isinya, bukan karena dirinya sendiri, melainkan dibawah pimpinan Tuhan. Hubungan antara benda dengan dunia tidak sama dengan hubungan antara jiwa dengan dunia, sebab hubungan antara benda dengan dunia bersifat tidak dapat dipisahkan seperti halnya dengan hubungan Tuhan disatu pihak dengan jiwa dan di lain pihak dengan benda.
·         Sifat
Mengenai sifat ramanuja menjelaskan bahwa sifat adalah apa saja yang memiliki keharusan bergantung pada substansi. Ramanuja mengatakan bahwa ada sepuluh sifat, yaitu:
a.        5 kualitas indrani seperti raba, warna, suara, rasa, dan bau
b.       3 guna yang memberi kualitas kepada benda, yaitu satwa, rajas, dan tamas
c.       Penggabungan
d.      Potensi atau daya yang menyebabkan akibat
·         Epistimologi
Mengenai alat pengetahuan atau pramana Ramanuja membagi kedalam tiga macam pengetahuan, yaitu: pegamatan, penyimpulan dan kesaksian (sabda). Mengenai kesaksian (sabda) dikatakan, bahwa kedua bagian kitab Weda, yaitu kitab Brahmana, dan Upanisad, sama pentingnya, sebab Brahmana menghubungkan manusia dengan upacara keagamaan dengan caranya memuja, sedang upanisad menghubungkan manusi dengan obyek keagamaan, yaitu Brahman dengan sasaran pemujaan, maka kedua bagian weda itusebenarnya tidak lain adalah penjelmaan dari satu ajaran. Perbedaannya hanya terdapat pada bahan yang diperbicarakan.
·         Tujuan Hidup Manusia
Menurut Ramanuja, tujuan hidup manusia adalah mencapai alam Narayana, untuk menikmati kebebasan dan kebahagiaan yang sempurna. Ada dua jalan untuk tujuan itu, yakni: dengan prapatti (penyerahan secara mutlak), dan dengan bhakti atau ibadat. Yang dimaksud dengan prapatti ialah bahwa orang harus lari kepada Tuhan, sebgai satu-ssatunya tempat berlindung.
Jalan prapartti terbuka bagi setiap orang dari kasta apa pun, tanpa pembedaan. Cara menumpuh prapartti ialah dengan mengambil keputusna mengikuti khendak Tuhan, tidak akan menentang maksud-Nya, percaya bahwa Tuhan akan melepaskannya, hanya mengharapkan pertolongan dari-Nya, dan menyerahkan rohnya kepada Tuhan dengan lemah lembut.
C.    Penutup
Inilah, yang bisa penulis kemukakan pada tulisan yang sangat sederhana ini. Penulis yakin masih banyak kekurangan-kekurangan  dalam  makalah ini akan tetapi alangkah bagusnya kita saling mencari yang lebih baik dan belajar dari kesalahan. Dan harap maklum.
Harapan penulis kepada yang membaca makalah ini, semoga pembaca meniatkan  semua kegiatannya  ikhlas karena Allah SWT supaya mendapat pahala dalam mencari ilmu ini. Penulis mohon do’a kepada pembaca semua, semoga selalu bertambah ilmu setiap harinya dan lancar dalam segala urusan serta dapat apa yang dicita-citakan. Amien ya rabbal alamin!
Akhir kata, dangan segala kekurangan dan kesalahan penulis mintak maaf, beribu-beribu maaf, karena penulis hanyalah manusia biasa yang ta’luput dari kesalahan,   Semua yang benar itu datang dari Allah dan yang salah itu datang-nya dari penulis peribadi,
D.    Daftar pustaka
Ø  Dr, Harun Hadiwijono,sari filsafat india, Penerbit BPK Gunung mulnya cetakan III
Ø  Bansi Pandit, Pemikiran Hindu: Pokok-Pokok Pikiran Agama Hindu dan Filsafatnya,
Pertanyaan Tentang Filsafat Wisistadwaita, Filsafat India
1.      Bagaimana Indeng dari filsafat india.?
2.      1. Perkataan Ramanuja, Kebebasan yang dimaksudkan Ramanuja itu sepert apa.2 Bagaimana cara mendapatkan kebebasab itu sendrri.?
3.      Apa Arti dualsme yang sempurna.?
4.      Tentang Jiwa, bagaimana jiwa bisa berbeda dengan tuhan. Dan tidak bebas darinya.?
WISIDTADWAITA
Makalah
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah
Filsafat Cina dan India
Oleh
Amirul Muttaqin
1110033100056
Siti Basyirah
1110033100044
Diana Lastari
1110033100035





JURUSAN AQIDAH FILSAFAT
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF
HIDAYATULLAH
JAKARTA
2012 M


[1] Bansi Pandit, Pemikiran Hindu: Pokok-Pokok Pikiran Agama Hindu dan Filsafatnya, hlm. 59.
[2] Bansi Pandit, Pemikiran Hindu: Pokok-Pokok Pikiran Agama Hindu dan Filsafatnya, hlm. 40
[3] Bansi Pandit, Pemikiran Hindu: Pokok-Pokok Pikiran Agama Hindu dan Filsafatnya, hlm.41-42
[4] http://narayanasmrti.com/2011/04/19/filsafat-hindu/
[5] . Dr, Harun Hadiwijono,sari filsafat india, Penerbit BPK Gunung mulnya cetakan III90
[6]   Ibid, hlm 93.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar